Truth Daily Enlightenment show

Truth Daily Enlightenment

Summary: Renungan harian berisi intisari pengajaran aplikatif yang disampaikan oleh Pdt. Dr. Erastus Sabdono, dengan tujuan melengkapi bangunan berpikir kita mengenai Tuhan, kerajaan-Nya, kehendak-Nya dan tuntunan-Nya untuk hidup kita. A daily devotional containing a brief teaching along with the applications, read by Dr. Erastus Sabdono. The messages will equip you and bring you to better understand God, His kingdom, His will, and His guidance in our lives.

Join Now to Subscribe to this Podcast

Podcasts:

 Berinteraksi Dengan Tuhan | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Kalau seseorang berinteraksi secara benar dengan Tuhan Yesus, maka salah satu cirinya adalah sikap hormat dan ketertundukannya kepada Pribadi Agung ini nyata sekali dalam hidupnya. Memang seharusnya demikian, seorang yang mengalami Tuhan Yesus, lebih menyadari bahwa dirinya bukan siapa-siapa. Ia akan menyadari bahwa dirinya seorang berdosa, yang jika tidak ditebus oleh darah Yesus pasti terbuang ke dalam api kekal. Kalau sekarang memiliki kesempatan untuk terhindar dari api kekal, dan berpotensi untuk menjadi manusia yang dilayakkan menjadi anggota keluarga Kerajaan, maka fokus hidup kita hanya ditujukan kepada hal ini. Semua kegiatan dan segala sesuatu yang kita miliki benar-benar hanya menjadi sarana untuk mewujudkan proyek bagaimana terhindar dari api kekal dan diperkenan masuk ke dalam keluarga Kerajaan. Keselamatan yang diberikan oleh Tuhan Yesus adalah perubahan dari manusia yang berkodrat manusia (berkodrat dosa) menjadi manusia yang berkodrat Ilahi, sehingga disebut sebagai man of God. Hal ini harus menjadi satu-satunya isi, makna, dan tujuan hidup ini. Inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus sebagai mendahulukan Kerajaan Surga. Kita dapat membayangkan betapa mengerikan keadaan terbuang dari hadirat Allah. Betapa mengerikan bersama dengan kuasa kegelapan dan orang-orang jahat di dalam api kekal. Tuhan Yesus membuka pintu neraka di mana kita bisa keluar dari sana dan menuju pintu surga untuk masuk ke dalamnya. Kalau perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan menempuh jarak, tetapi perjalanan kita meninggalkan keadaan terpisah dari Allah untuk masuk Kerajaan-Nya adalah perubahan manusia batiniah. Harus diingat bahwa semua pesta akan berakhir. Pesta di sini artinya kesenangan dan kebahagiaan hidup, seperti kebersamaan dengan keluarga, handai taulan, teman, menikmati barang-barang yang ada di bumi ini, menyaksikan pemandangan indah, makan minum, seks, dan lain sebagainya. Segala sesuatu yang ada di bumi dan segala sesuatu yang kita miliki harus kita lepaskan. Kalau seseorang tidak mulai sekarang melepaskannya, maka keadaan menjadi tragis kalau ia dipaksa untuk melepaskannya pada waktunya. Sebab mereka yang terikat kepada dunia ini berarti tidak menyembah kepada Tuhan secara benar. Mereka adalah orang yang tidak layak untuk Kerajaan Surga. Seharusnya filosofinya bukan “mumpung” masih ada kesempatan maka dinikmati semaksimal mungkin, tetapi harus mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya dengan berusaha untuk menjadi warga keluarga Kerajaan yang modelnya adalah Yesus. Paulus menyinggung hal ini dalam suratnya: Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka “marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati”. Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu. (1Kor. 15:32-33). Teks asli 1 Korintus 15:32 adalah: me planaste phtheirousin ethe khrista hopiliai kakai (μὴ πλανᾶσθε• φθείρουσιν ἤθη χρηστὰ ὁμιλίαι κακαί). Pergaulan atau lingkungan yang buruk dapat merusak etika yang seharusnya tepat standar yang harus dimiliki anak-anak Allah. Dunia telah membuat merosot etika pribadi anak-anak Allah. Hal ini bisa mengakibatkan seseorang tidak dikenal oleh Allah. Keselamatan memang bukan karena perbuatan baik, sama sekali bukan karena jasa manusia. Terbukanya pintu neraka, yang membuat seseorang bisa keluar, dan terbukanya pintu surga di mana seseorang masuk adalah anugerah. Tetapi semua itu harus diterima dengan iman. Iman bukan hanya pikiran yang setuju, tetapi tindakan.

 Melepaskan Segala Sesuatu Demi Perjumpaan | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Seseorang tidak akan mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan kalau tidak melepaskan diri dari segala sesuatu. Kehendak Tuhan agar kita melepaskan diri dari segala sesuatu ditunjukkan oleh Firman Tuhan dengan banyak ungkapan. Seperti misalnya dalam Filipi 2:5-7, seperti Tuhan Yesus meninggalkan kemuliaan dan segala hak-Nya dengan pengosongan diri, demikian pula orang percaya yang mau mengikut Tuhan Yesus harus rela kehilangan segala haknya. Bagian lain yang sangat kuat adalah ketika Tuhan Yesus ditawari keindahan dunia (Luk. 4:5-8). Tuhan Yesus menolak, sebab manusia harus hanya menghargai atau memberi nilai tinggi terhadap Tuhan. Itulah yang dimaksud dengan menyembah (proskuneo). Proskuneo artinya giving high value to something or someone (memberi nilai yang tinggi kepada sesuatu atau seseorang). Ketika seseorang belum meninggalkan segala sesuatu, masih menghargai dunia, maka ia tidak dapat mengalami Tuhan sebagaimana semestinya. Hal ini yang membuat banyak orang Kristen hanya berfantasi. Tidak heran kalau mereka masih memberi diri terikat oleh dunia ini. Taraf hidup Kekristenannya hanya sampai pada kognitif atau sebagian kecil dari afektif.   Saebagian kecil afektif artinya memiliki cinta kepada Tuhan yang sangat terbatas. Padahal cinta yang seharusnya diberikan kepada Tuhan adalah cinta yang melebihi nyawanya sendiri. Ironinya, banyak orang memiliki allah fantasi, tetapi mereka yang berfantasi terhadap objek allah yang tidak benar tersebut bisa menyerahkan nyawa mereka dengan segenap hati dan segenap hidup. Sebaliknya, orang Kristen yang merasa memiliki Allah yang benar tidak mengasihi-Nya dengan segenap hidup. Hal ini sungguh ironis sekali. Kita yang harus mengarahkan hidup kita kepada Tuhan sepenuhnya atau tidak. Tuhan Yesus menolak menyembah Iblis, artinya bukan hanya tidak menundukkan badan kepada Iblis sebagai sikap menyembah, tetapi tidak tertarik kepada dunia ini atau tidak mengingini dunia ini. Inilah sikap tidak menyembah Iblis. Sebaliknya, kalau seandainya Yesus mengingini dunia karena tertarik kepadanya, maka berarti Yesus menyembah Iblis. Kalau hal ini terjadi, maka Yesus gagal menyelesaikan tugas penyelamatan atas dunia. Ini berarti Ia tidak pernah menjadi Kristus, artinya yang diurapi. Tindakan Tuhan tersebut memberi pelajaran mahal kepada kita, agar kita tidak mengingini dunia ini. Kalau kita sudah menyatakan diri mengikut Yesus, berarti kita sedang berlari meninggalkan dunia yang akan dihanguskan oleh api dan belerang seperti Sodom dan Gomora. Memang Alkitab menyatakan bahwa bumi ini terpelihara dari air untuk api yang akan membinasakannya (2Ptr. 3:1-4). Kita harus berlari meninggalkan dunia seperti Lot meninggalkan Sodom dan Gomora, dan tidak menoleh ke belakang seperti istri Lot (Luk. 17:32). Orang yang masih terikat dengan percintaan dunia berarti menoleh ke belakang. Orang-orang Kristen seperti ini sebenarnya belum mengalami keselamatan yang sesungguhnya, sebab kalau mereka mencintai dunia berarti menyembah Iblis. Yesus fantasi memberi toleransi mencintai dunia.   Bila hal tersebut kita lakukan, maka kita dapat mengenal dengan benar keindahan Tuhan. Kita dapat menikmati keindahan dunia. Sehingga tidak sulit lagi mengenakan gaya hidup yang diajarkan oleh Tuhan, bahwa serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Tidak sulit untuk mengerti dan mengenakan gaya hidup anak-anak Allah seperti yang diperagakan oleh Paulus, bahwa asal ada makanan dan pakaian, cukup. Ini artinya tidak terikat dengan keindahan dunia serta berbagai keinginan yang dapat membelenggu. Harus diingat bahwa percintaan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah. Kita yang harus menentukan atau menetapkan diri sendiri, apakah mau menjadi sahabat Allah atau musuh-Nya.

 Kognitif, Afektif, Dan Konatif | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Sering terjadi, seseorang memakai atau menggunakan barang palsu, tetapi ia tidak mengetahui pemalsuan tersebut. Hal ini terjadi sebab ia tidak pernah menggunakan barang yang asli. Hal ini juga bisa terjadi pada orang Kristen yang selama hidupnya hanya mengenal Yesus fantasi. Keindahan Tuhan yang dipahami dan dirasakan hanyalah fantasi. Hal ini juga terjadi atas semua mereka yang tidak mengenal Allah yang benar. Mereka bisa mengatakan bahwa kepercayaan yang mereka anut dan allah yang mereka sembah adalah allah yang benar. Padahal semua yang mereka yakini dan mereka rasakan serta mereka nikmati adalah palsu semata-mata. Fenomena ini bisa berlangsung ratusan, bahkan ribuan tahun. Dan Tuhan seperti membiarkannya, sebab mereka tidak mau membuka hati untuk diajar. Hal ini juga terjadi atas orang-orang Kristen yang tidak mengikut Tuhan Yesus dengan benar, mereka merasa telah memiliki Yesus dan menikmati keindahan-Nya, padahal semua yang mereka alami hanyalah fantasi belaka. Tuhan seperti membiarkannya. Oleh sebab itu, kita perlu memeriksa hidup Kekristenan kita, apakah kita telah menemukan Yesus dengan benar atau hanya sebuah fantasi. Dalam hal ini kita harus mulai mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh dalam usaha untuk bertemu dengan Tuhan. Kita tidak boleh hanya mempercakapkan Tuhan, di mana semua hanya sebatas nalar, pikiran, doktrin, kajian teologi, pengajaran yang didefinisikan, dan semua serba kognitif. Memang kognitif adalah langkah awal. Kognitif adalah perilaku di mana individu mencapai tataran mengenal objek yang diperkenalkan atau dipelajari. Kognitifnya harus benar, tetapi verifikasi terhadap kognitif harus dilakukan, sebab objek yang dipahami adalah Pribadi yang hidup, di mana dengan-Nya kita harus berinteraksi. Pribadi tersebut adalah Pemimpin pemerintahan yang sekaligus menjadi hukum di mana kita harus menundukkan diri secara konsekuen dan konsisten di mana pun kita berada. Selanjutnya orang percaya harus meningkat pada taraf sikap afektif, artinya perilaku di mana individu mempunyai kecenderungan untuk menyukai atau tidak menyukai objek yang dikenalnya. Ini sudah menyentuh aspek emosional. Dalam hal ini perasaan kita harus jelas terhadap Tuhan, apakah kita mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh atau tidak. Setelah kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus memperkarakan hal ini dengan Petrus: Apakah engkau mengasihi Aku? (Yoh. 21). Tuhan menanyakan hal ini kepada Petrus sampai tiga kali. Setelah Petrus menjawab bahwa dirinya mengasihi Tuhan, maka Tuhan menyatakan suatu pernyataan:  “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.” (Yoh. 21:18-19). Dalam pernyataannya tersebut Tuhan Yesus menunjukkan kepada kita, kalau seseorang benar-benar mengasihi Tuhan, maka tidak ada lagi yang menjadi berharga dalam hidup ini, bahkan nyawanya sekalipun, selain Tuhan. Setelah memiliki sikap afektif, maka sampai pada taraf sikap konatif, artinya kecenderungan berperilaku dalam situasi tertentu terhadap objek yang diyakini dan dirasakan. Konatif adalah perilaku yang sudah sampai tahap hingga individu melakukan sesuatu tindakan terhadap objek, dalam hal ini Tuhan Yesus. Jadi, konatif adalah perwujudan dari kognitif dan afektif. Dalam kehidupan orang percaya, hal ini terjadi atau berlangsung kalau mereka dengan sepenuh hati mengiring Yesus. Kita bisa mengerti mengapa Tuhan Yesus menunjukkan bahwa kalau kita mau mengalami perubahan seperti yang diinginkan oleh Tuhan dalam mengiring Dia, kita harus melepaskan segala sesuatu (Luk. 14:33).

 Akibat Perjumpaan Pribadi | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Orang yang tidak mengalami perjumpaaan dengan Tuhan secara terus-menerus, tidak dapat memahami keindahan Tuhan. Perjumpaan terus-menerus dengan Tuhan artinya bertumbuh dalam pengenalan Firman Tuhan yang benar serta mengalami secara riil kehadiran Tuhan dalam hidup. Hal ini yang harus kita upayakan setiap hari. Waktu hidup kita harus diisi dengan hal ini secara proporsional. Dengan demikian kita memenuhi apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, yaitu mendahulukan Kerajaan Allah (Mat. 6:33). Orang yang mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan dapat merasakan keindahan Tuhan sampai menjadi “ketagihan”. Dalam hal ini Tuhan menjadi air kehidupan. Bagi mereka mencari Tuhan untuk menemukan dan menikmati-Nya adalah kebutuhan yang selalu mendesak. Air kehidupan di sini maksudnya adalah sesuatu yang menjadi kebutuhan mutlak, seakan-akan tanpa hal tersebut ia tidak merasa bahagia, utuh dan lengkap. Air kehidupan juga bisa menunjuk sesuatu yang mutlak harus dipenuhi. Sesuatu yang bernilai “keharusan” untuk dimiliki. Seharusnya tidak ada sesuatu yang mutlak dalam hidup ini kecuali Tuhan. Jadi, kalau seseorang memandang suatu objek sebagai kemutlakan, maka ia menyembah objek itu. Itu juga berarti ia menjadikan dirinya sebagai tuhan. Orang seperti ini tidak mungkin memperlakukan Tuhan Yesus secara pantas, sebab kemutlakan hanya bagi Tuhan. Hanya orang yang jujur kepada dirinya sendiri yang menyadari kesalahan ini. Sebab banyak orang Kristen merasa sudah memutlakkan Tuhan dalam hidupnya, padahal tidak atau belum. Biasanya ini terjadi atas mereka yang cakap berbicara mengenai Tuhan dan merasa sudah tahu banyak mengenai Tuhan tanpa diimbangi dengan pertemuan secara konkret dengan Tuhan. Untuk ini patut kita memperhatikan Mazmur 42:2-5, seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: “Di mana Allahmu?” Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan. Apa yang dikemukakan oleh pemazmur ini menunjukkan adanya perjumpaan pribadi antara pemazmur dengan Allahnya. Kalau seseorang tidak mengalami perjumpaan terus menerus dengan Tuhan, maka ia memandang sesuatu sebagai keindahan yang bernilai tinggi. Hal ini akan menyebabkan keadaan di mana Tuhan tidak menjadi Pribadi yang terindah dalam hidupnya. Orang Kristen seperti ini pada dasarnya belum menyembah Tuhan dalam arti yang sesungguhnya, sebab menyembah (Yun. proskuneo) berarti memberi nilai tinggi. Orang yang tidak mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan, tidak dapat menjadikan Tuhan sebagai air kehidupannya. Bagi orang-orang seperti ini, air kehidupannya adalah dunia dengan segala kesenangannya. Bagi orang-orang yang terikat minuman keras dan narkoba, air kehidupannya adalah hal-hal tersebut. Banyak orang Kristen yang tidak terkena narkoba, tidak terikat dengan alcohol, tetapi memiliki air kehidupan yang lain. Hal ini menempatkan dirinya sebagai musuh Allah (Yak. 4:4).  Di dalam dirinya terdapat ikatan, yaitu keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup. Keinginan dagingnya menunjuk pada seks dan kuliner. Keinginan mata adalah konsumerisme, yaitu keinginan memiliki barang-barang, seakan-akan menjadi keharusan untuk memilikinya. Keangkuhan hidup, yaitu kebutuhan untuk dihargai manusia lain. Untuk ini seseorang berusaha untuk memiliki barang-barang yang dapat membuat dirinya berharga, gelar, pangkat kedudukan, dan lain sebagainya.

 Perjumpaan Pribadi | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Kalau kita percaya bahwa Allah adalah Pribadi yang hidup dan benar-benar nyata, mestinya kita harus berusaha utuk mencari Tuhan dan mengalami perjumpaan pribadi dengan Dia secara riil. Perjumpaan pribadi tersebut sangat ditentukan oleh diri kita masing-masing, sebab Tuhan sudah menyediakan Diri secara tidak terbatas bagi kita. Kapan pun, di mana pun, dan berbagai cara Tuhan dapat menyatakan Diri untuk dikenali dan dirasakan kehadiran serta keberadaan-Nya. Persoalannya adalah bagaimana perjumpaan pribadi itu dapat terjadi atau berlangsung dalam kehidupan orang percaya? Perjumpaan pribadi dapat terjadi melalui doa pribadi. Setiap hari kita harus menyediakan waktu khusus ada di hadapan Tuhan; duduk diam di kaki Tuhan. Usahakan waktu khusus tersebut paling tidak 30 menit. Waktu khusus ini harus dipandang sebagai prime time kita, lebih dari segala kegiatan lain. Untuk dapat bertahan selama 30 menit bukan sesuatu yang mudah. Pada awal-awal belajar duduk diam di kaki Tuhan sering terjadi kejenuhan, rasanya ingin segera mengakhirinya. Tetapi kalau kita tekun membiasakan diri, maka kita akan memperoleh kesukaan yang luar biasa di dalam jam-jam doa kita. Akhirnya berdoa menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari. Dalam berdoa di hadapan Tuhan tersebut, banyak pengalaman adikodrati yang tidak dapat diungkapkan kepada orang lain. Hal ini merupakan pengalaman pribadi yang sangat subjektif, tetapi bukan tidak mungkin menjadi perjumpaan pribadi dengan Tuhan secara konkret. Tuhan pasti menemui secara khusus orang-orang yang mencari wajah-Nya dengan sungguh-sungguh. Dari hal ini seseorang dapat mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Perjumpaan ini merupakan perjumpaan pribadi dengan Tuhan melalui saat teduh. Perjumpaan pribadi dengan Tuhan juga dapat dialami melalui kebenaran Firman Tuhan yang didengar. Hal ini bisa terjadi bila seseorang mendengar pemberitaan Firman dari hamba Tuhan yang sungguh-sungguh mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Juga melalui buku-buku yang ditulis oleh hamba-hamba Tuhan yang mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Jika seseorang telah memiliki pemahaman yang cukup memadai dari apa yang didengar dari khotbah yang disampaikan oleh hamba Tuhan yang benar dan buku-buku yang ditulis oleh hamba-hamba Tuhan yang benar, maka ia dapat menemukan kebenaran sendiri dari membaca Alkitab lebih berlimpah. Orang yang menemukan kebenaran dari sumber-sumber tersebut merupakan perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Perjumpaan seperti ini adalah perjumpaan dengan Tuhan melalui logos. Perjumpaan pribadi dengan Tuhan juga dapat terjadi melalui berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Dari segala sesuatu yang didengar, dilihat, apalagi yang dialami seseorang, terdapat suara Tuhan. Kalau seseorang haus dan lapar akan kebenaran, artinya sangat rindu menjadi anak Tuhan yang semakin berkenan yang oleh karenanya selalu menantikan suara Roh Kudus di dalam hatinya, maka segala peristiwa yang terjadi adalah suara Roh Kudus yang memberi nasihat dan tuntunan. Sesungguhnya inilah yang dimaksud dengan rhema (Mat. 4:4; Rm. 10:17). Perjumpaan ini disebut perjumpaan melalui rhema. Akhirnya, perjumpaan pribadi juga melalui kejadian atau keadaan khusus. Perjumpaan ini bisa melalui mimpi, penglihatan, atau marifat yang dibisikkan Roh Kudus di dalam diri orang percaya. Perjumpaan melalui hal ini sangat rawan terhadap kemungkinan pemalsuan. Untuk menghindari pemalsuan atau penyesatan, maka seseorang harus memiliki jam doa atau saat teduh yang memadai, memiliki pemahaman terhadap kebenaran Firman Tuhan yang benar dan memadai serta kehidupan yang bersih di hadapan Tuhan.

 Kenyamanan Yang Membahayakan | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Tuhan Yesus berkata bahwa Ia datang bukan membawa damai, tetapi api dan pedang. Api dan pedang menunjuk pergolakan dunia ini sebelum menjelang zaman baru. Hal ini bisa terjadi hanya oleh karena Tuhan Yesus yang mengorbankan diri-Nya bagi keselamatan umat manusia. Dengan keberhasilan-Nya mengerjakan penebusan, maka zaman baru barulah dapat dibuka atau dipersiapkan.  Kedatangan Tuhan Yesus membawa manusia memasuki zaman baru, yaitu zaman anugerah. Anugerah di sini adalah keselamatan abadi yang disediakan bagi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan mengikuti jejak-Nya. Zaman anugerah di sini bukan berarti lalu hidup manusia menjadi lebih nyaman, tetapi sebaliknya, menjadi tidak nyaman. Satu sisi, keadaan ini dapat dipandang sebagai suatu kesulitan, tetapi di sisi lain keadaan ini merupakan kesempatan besar untuk menjadi orang-orang penting dan luar biasa di zaman baru tersebut. Sebuah kesempatan emas yang tidak diberikan kepada manusia sebelum kita hidup, bahkan kepada tokoh-tokoh iman di Perjanjian Lama. Karenanya Tuhan Yesus berkata bahwa kita beruntung bisa melihat dan mendengar karya keselamatan Tuhan Yesus yang begitu berharga (Mat. 13:16-17). Iblis mengupayakan kesejahteraan manusia di bumi ini agar manusia dapat melupakan Allah. Dan kuasa dunia ini akan membuat hidup manusia menjadi nyaman, senyaman-nyamannya, sampai mereka melupakan Tuhan dan rencana-Nya. Hal ini terbukti dengan apa yang terjadi dalam pencobaan terhadap Tuhan Yesus. Iblis menawarkan keindahan dunia ini. Iblis berkata kepada Tuhan Yesus: “Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu.” Pencobaan itu pada dasarnya merupakan bujukan Iblis dengan menjanjikan keadaan nyaman di dunia hari ini, yaitu usaha untuk menikmati dunia hari ini tanpa Tuhan. Dalam hal ini kita menemukan sebuah kebenaran bahwa berlimpahnya materi bukanlah jaminan kalau seseorang diberkati Tuhan, sebab Iblis bisa melimpahi manusia dengan berkat jasmani. Kenyamanan hidup juga membuat seseorang tidak memerlukan siapa-siapa, bahkan Tuhan sendiri. Kenyamanan hidup yang menciptakan suasana jiwa di mana kita tidak merasa membutuhkan Tuhan adalah keadaan gawat yang harus disadari. Hasrat seperti ini ada dalam diri kita, yaitu percintaan dunia ini. Dalam hal ini Tuhan memperingatkan kita agar kita menjaga diri dari hal tersebut. Dalam peringatan-Nya Tuhan Yesus berkata: “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat”. Jerat di sini merupakan perangkap atas manusia, yaitu manusia yang sudah terikat dengan percintaan dunia seperti ikatan “candu”. Kedatangan Tuhan yang mendadak seperti perangkap, di mana manusia yang terikat dengan dunia tidak lagi memiliki kesempatan untuk keluar dari kecanduannya. Sehingga mereka tidak memiliki kesempatan memperbaiki diri.   Kenyamanan ini membuat seseorang tidak melayani Tuhan, tetapi melayani diri sendiri. Inilah ciri dari orang yang sedang terjerat oleh tipu daya kekayaan: tidak mencintai sesamanya dan tidak mengupayakan keselamatan jiwa orang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus dalam Injil mengenai orang yang tidak mau melepaskan miliknya untuk orang lain. Ini bukan berarti kita harus memberi sebagian uang kita untuk orang miskin atau sibuk kegiatan gereja semata-mata, tetapi yang penting di sini adalah apakah kita mau memecahkan diri seperti anggur yang tercurah atau roti yang terpecah bagi keselamatan orang lain. Jadi, kalau ada orang Kristen berpikir bahwa Yesus datang untuk membawa kenyamanan di bumi, maka Yesus yang dikenal dan dipercayainya bukanlah Yesus yang asli, tetapi Yesus fantasi.

 Kuda-kuda Dan Materai Dalam Kitab Wahyu | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Dalam kitab Wahyu 6 kita menemukan tulisan Yohanes mengenai kuda-kuda. Adapun kuda-kuda yang dilihat oleh Yohanes dalam penglihatan di Patmos menunjuk bentuk gerakan-gerakan yang akan mengisi sejarah baru yang akan terjadi, yaitu sejak Tuhan Yesus mengambil alih percaturan sejarah dunia, sebab segala kuasa sudah ada dalam tangan-Nya. Ibarat permainan tenis, sejak Tuhan Yesus menumpahkan darah-Nya, Tuhan Yesus yang mengatur irama permainan. Ia yang membuat lembaran sejarah baru dalam hidup manusia. Berkenaan dengan ini dapat kita temukan pula kebenaran ini dalam Lukas 11:20-22, Tetapi jika Aku mengusir Setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. Tentu yang dimaksud dengan seorang yang lebih kuat di sini adalah Tuhan Yesus sendiri. Tuhan Yesus telah datang dan mengambil alih pemerintahan Iblis. Tuhan Yesus berkata bahwa kalau Ia mengusir Setan, maka Kerajaan Allah datang kepada manusia, berarti pemerintahan atau pengaturan hidup manusia terselenggara. Pengusiran Setan menandakan bahwa dominasi atau penguasaan Iblis atas dunia diakhiri. Tuhanlah yang berkuasa. Dialah yang mengatur irama permainan. Tuhan Yesuslah yang berdaulat mengatur kehidupan dunia ini demi kepentingan anak-anak-Nya. Sebelum Tuhan Yesus datang, irama permainan diatur Iblis, yang pada dasarnya menggiring orang ke dalam kematian. Segala irama sejarah diatur Iblis untuk menggiring manusia ke dalam kebinasaan, tetapi sejak zaman anugerah Tuhan Yesuslah yang mengatur irama sejarah dunia untuk mempersiapkan orang-orang yang telah Dia beli untuk menjadi sempuna dan memerintah bersama dengan Dia (Why. 5:9). Nantinya dapat kita mengerti bahwa pergolakan dunia yang semakin besar ini ternyata mempersiapkan orang kudus unuk memerintah bersama dengan Tuhan Yesus. Dengan materai atau segel itu dibuka oleh Tuhan Yesus, maka babak-babak istimewa dalam sejarah manusia barulah dapat terwujud atau terealisir. Ketika gulungan kitab dibuka, yaitu setelah materainya dilepaskan, maka muncul kuda-kuda beraneka warna. Kuda-kuda tersebut menunjuk bentuk pergolakan-pergolakan yang akan terjadi di bumi ini. Pergolakan-pergolakan tersebut yang akan merubah dan mempengaruhi dunia secara berkesinambungan, yaitu sejak Yohanes melihat penglihatan tersebut sampai Tuhan Yesus datang kembali. Kuda-kuda dalam kitab Wahyu menunjukkan gerakan-gerakan yang mengubah sejarah dunia. Kuda putih (Why. 6:2), bersamaan dengan terbukanya materai pertama, menunjuk kemenangan Kekristenan memasehikan atau meng-Kristenkan Eropa. Kuda merah (Why. 6:3-4), bersamaan dengan terbukanya materai kedua, menunjuk akan adanya peperangan terus-menerus yang mewarnai dan mengubah wajah atau peta dunia sampai dunia berakhir. Kuda hitam (Why. 6:5-7), bersamaan dengan terbukanya materai ketiga, menunjuk akan adanya krisis ekonomi yang akan terus menjadi masalah manusia sampai dunia berakhir. Kuda hijau kuning (Why. 6:7-8), bersamaan dengan terbukanya materai keempat, menunjuk kekuatan yang akan mewarnai dunia. Teks aslinya kata hijau kuning sebenarnya chloros (χλωρός), yaitu perpaduan warna hijau gelap dengan kuning. Ini bisa menunjuk kekuatan yang luar biasa dari Timur Tengah yang akan menguasai sebagian wilayah di dunia. Adapun terbukanya materai kelima menunjuk adanya aniaya yang akan terjadi kepada orang percaya (Why. 6:9-11). Akhirnya terbukanya materai keenam (Why. 6:12) yang menunjuk adanya goncangan alam seperti gempa bumi.

 Tuhan Yesus Melemparkan Api | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Ternyata hanya Tuhan Yesus yang dapat membuka kemungkinan terjadinya semua pergolakan dunia hari ini. Hal ini terjadi, sebab tanpa adanya berbagai pergolakan-pergolakan tersebut, dunia tidak akan memasuki “zaman baru”, yaitu zaman di manaTuhan Yesus datang membangun Kerajaan-Nya secara fisik. Hanya Tuhan Yesuslah yang sanggup membuka materai yang dilihat Yohanes dalam penglihatannya di pulau Patmos. Wahyu 5 mengungkap adanya materai. Materai di sini menunjuk kepada perjalanan sejarah dunia. Materai dibuka, berarti akan muncul perubahan-perubahan dalam sejarah hidup manusia secara umum dan menyeluruh atau mendunia. Tuhan Yesus mampu mengadakan perubahan dunia ini dengan segala pergolakannya setelah Ia menyelesaikan tugas penyelamatan melalui korban Diri-Nya di atas bukit Kalvari sebagai Domba yang tersembelih (Luk 12:49-51 “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan). Dalam Lukas 12:50 Tuhan Yesus berkata: “Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung”. Baptisan di sini bukan baptisan air, sebab Tuhan Yesus sudah dibaptis air selam oleh Yohanes pembaptis. Ketika Tuhan Yesus mengatakan ini Ia sudah dibaptis oleh Yohanes dan Ia sedang menghadapi penderitaan-Nya. Baptisan di sini adalah kematian dari penderitaan-Nya di kayu salib. Baptisan yang sama, yaitu penderitaan, juga akan dialami oleh orang-orang percaya (Mrk. 10:39). Karena korban Tuhan Yesus di bukit Kalvari sampai kematian dan kebangkitan-Nya, maka Ia dapat mengalahkan Iblis dan segala kekuatannya. Dengan kemenangan-Nya tersebut Ia dapat mengadakan perubahan-perubahan atas dunia yang selama ini dalam kekuasaan dan cengkeraman Iblis. Hanya setelah Tuhan Yesus bangkit Ia bisa berkata: Segala kuasa di surga dan di bumi dalam tangan-Ku. Setelah baptisan penderitaan itu dijalani oleh Tuhan Yesus dan menang, sejarah dunia dapat diakhiri. Dalam Wahyu 5:1-5, disaksikan oleh Yohanes bahwa tidak ada seorang pun dapat membuka materai pada gulungan kitab. Gulungan di sini dalam teks aslinya ditulis biblion gegrammenon, gulungan yang berisi tulisan. Kalau zaman sekarang adalah buku. Gulungan tersebut tidak bisa dibuka, sebab gulungan tersebut diikat oleh semacam tali yang diberi materai. Dalam teks aslinya kata materai adalah sphragis, yang bisa berarti segel (Ing. seal), menunjuk kepada stempel yang menutup sesuatu yang bersifat pribadi. Jadi gulungan kitab tersebut disegel dan isinya tidak dapat dibaca. Kalau materai belum bisa dibuka, maka gulungan kitab tersebut tidak dapat dibaca. Gulungan kitab tersebut menunjuk perjalanan sejarah dunia yang tidak bisa diubah sebelum materainya dibuka oleh kekuatan tertentu. Ternyata Tuhan Yesuslah satu-satunya Anak Domba Allah yang tersembelih yang mampu dan berkuasa membuka materai itu. Karenanya ada nyanyian yang tertulis dalam Wahyu 5:9-10 Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: “Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka materai-materainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.”  Jadi jelaslah bahwa goncangan-goncangan atau pergolakan-pergolakan atas dunia yang mengubah jalan sejarahnya ini tidak akan dapat terjadi sebelum Tuhan Yesus menyelesaikan tugas keselamatan-Nya.

 Tuhan Yesus Datang Membawa Pedang | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Pergolakan yang akan terus terjadi sejak kedatangan Tuhan Yesus disebut antara lain, pertama adalah perang. Hal ini menunjuk adanya hubungan horizontal antar manusia yang rusak atau adanya krisis politik. Berikutnya, kelaparan; menunjuk adanya kesukaran hidup atau adanya krisis ekonomi. Kemudian, gempa bumi; menunjuk kepada alam dan ekosistem bumi yang mengalami kerusakan, tentu keadaan ini membuat alam makin tidak ramah terhadap manusia. Tuhan Yesus menegaskan bahwa segala pergolakan-pergolakan tersebut harus terjadi sebelum memasuki zaman baru (Mat. 24:3-8). Paulus menyinggung pula hal ini dalam pernyataannya bahwa dunia akhir zaman akan memasuki masa yang sukar (2Tim. 3:1). Jadi bagaimanapun, dunia di mana kita hidup ini akan semakin sukar. Dunia kita hari ini bagai kapal Titanic yang sedang menunggu saat-saat tenggelamnya (tahun 1912). Makin hari dunia makin tidak dapat dipertahankan. Dunia makin bobrok, rusak dan mendekati kehancurannya. Jadi, kita harus menerima kenyataan bahwa kita hidup di dunia yang “tidak menjanjikan”, dunia yang sudah tidak dapat diharapkan lagi. Dunia kita hari ini mirip seperti Sodom Gomora di ambang kehancurannya. Terkait dengan hal di atas Tuhan Yesus menyampaikan pesan-Nya kepada orang percaya dalam Lukas 17:26-32, Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya. Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali. Ingatlah akan isteri Lot! Kalau selama ini banyak pihak berusaha, bahkan dengan segala doa, agar dunia mengalami masa-masa tenang dan damai maka itu berarti mereka tidak mengerti kebenaran Alkitab. Tuhan tidak menjanjikan dunia kita menjadi makin baik atau lebih baik, tetapi sebaliknya dunia akan menjadi semakin rusak dan lebih rusak. Semua ini terjadi sebelum Tuhan menghadirkan Kerajaan-Nya atau sebelum memasuki zaman baru. Dalam Matius 10:34 jelas Alkitab mencatat Tuhan Yesus berkata: “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Perlu kita perhatikan, bahwa Tuhan Yesus datang bukan membawa damai, tetapi membawa pedang. Pedang di sini dalam teks aslinya adalah makhairan (μάχαιραν), yang menunjuk atau gambaran dari peperangan atau keadaan yang tidak nyaman. Mungkin banyak orang tidak menerima hal ini, tetapi inilah kebenaran Firman Tuhan yang diucapkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Sebelum “Zaman Baru” datang, yaitu penyataan Tuhan Yesus bersama dengan para malaikat-Nya, dunia akan mengalami berbagai pergolakan yang membawa manusia kepada kesukaran hidup. Kehidupan manusia yang tenang diobrak-abrik oleh Tuhan Yesus. Jadi, kalau selama ini kita beranggapan bahwa perang, gempa bumi, kelaparan dan berbagai bencana lain terjadi kausalitasnya atau penyebabnya adalah Iblis, maka sekarang kita harus berpikir lain. Ternyata Tuhan sendiri yang melegalisir atau mengesahkan semua itu bisa berlangsung atau terjadi dalam hidup manusia. Tuhan sendirilah yang menetapkan, bahwa semua itu harus terjadi, karena sudah saatnya manusia dihukum karena kejahatannya.

 Zaman Anugerah Adalah Zaman Akhir | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Hampir semua orang Kristen berpikir bahwa Tuhan Yesus datang ke dunia untuk memberi damai atas bumi ini, sehingga ada ketentraman di bumi. Tetapi sebenarnya tidak demikian. Kedatangan Tuhan Yesus ke bumi justru membawa goncangan atas bumi ini. Sebelum Tuhan Yesus datang merebut kuasa di surga dan di bumi, Iblis (Lusifer) masih berkesempatan untuk bisa merebut dunia. Kedatangan Tuhan Yesus adalah untuk mengakhiri sejarah Lusifer yang jatuh dan dunia ini. Dunia akan dibawa kepada keadaan yang terus bergolak sebelum zaman baru (Mat. 24:8, akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru). Dalam teks aslinya kata “permulaan penderitaan menjelang zaman baru” terjemahan dari arkhe odinon (ἀρχὴ ὠδίνων). Hal ini menunjuk penderitaan sebelum seorang ibu melahirkan anak (Ing. the pain of childbirth). Tidak akan ada zaman baru sebelum ada goncangan-goncangan. Kedatangan Tuhan Yesus melegalisir atau mensahkan adanya goncangan tersebut. Betapa konyolnya kalau seorang Kristen berpikir bahwa kedatangan-Nya ke dunia untuk memberi damai sejahtera di bumi seperti konsep damai sejahtera menurut anak-anak dunia (Luk. 12:49-56). Bumi akan terus digoncang dengan berbagai goncangan yang membuat bumi tidak lagi menjadi hunian yang aman. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak Tuhan mengerti bahwa maksud kedatangan Tuhan Yesus semata-mata hanya untuk mempersiapkan mereka masuk Kerajaan-Nya. Jika seseorang tidak mau mengerti hal ini, berarti menolak keselamatan yang disediakan Tuhan. Hal ini sama seperti istri Lot yang menolak untuk memiliki langkah-langkah penyelamatan sesuai dengan kehendak-Nya. Kedatangan Tuhan Yesus membawa manusia memasuki satu masa yang sangat istimewa, yaitu zaman anugerah. Anugerah di sini adalah keselamatan yang disediakan bagi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Keselamatan tersebut adalah dipulihkannya hubungan manusia dengan Allah, karakter manusia diperbaharui dan perkenanan Tuhan menjadikan manusia pewaris Kerajaan Allah, dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Di zaman anugerah ini keselamatan tersebut ditawarkan. Bagi orang yang menerima keselamatan itu, yaitu percaya secara benar dengan mengikuti jejak-Nya, baginya tersedia kemuliaan bersama dengan Yesus dalam Kerajaan-Nya. Ini adalah masa di mana manusia dimungkinkan menjadi corpus delicti. Zaman anugerah sebenarnya juga sama artinya dengan zaman akhir. Zaman akhir adalah zaman yang memiliki rentang waktu dari kenaikan Tuhan Yesus ke surga sekitar tahun 30 Masehi sampai kedatangan-Nya yang kedua (yang entah kapan?). Ini bukan saja akhir zamannya manusia, tetapi juga akhir zamannya Iblis (Iblis telah eksis selama entah berapa juta atau milyar tahun). Kemenangan Tuhan Yesus di kayu salib dan kebangkitan-Nya mengakhiri riwayat Lusifer yang jatuh itu. Di zaman anugerah ini bukan berarti hidup manusia menjadi lebih nyaman dan dunia lebih aman, tetapi sebaliknya, justru hidup manusia menjadi tidak nyaman dan dunia tidak menjadi aman. Di waktu zaman anugerah atau zaman akhir ini, dunia akan dibawa kepada pergolakan-pergolakan yang hebat. Justru pergolakan tersebut menandai akan datangnya zaman baru. Pergolakan-pergolakan yang hebat itu dinyatakan Tuhan Yesus dalam Matius 24: 6-8: Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.  

 Bukan Gila Pujian | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Gereja-gereja di Indonesia sejak pertengahan tahun 1980-1990 mengalami sebuah gerakan yang sangat mempengaruhi orang-orang Kristen dalam berliturgi. Gerakan tersebut disebut sebagai gerakan “pujian dan penyembahan” (Praise and Worship). Gereja-gereja tertentu yang menyelenggarakan kebaktiannya dengan pujian dan penyembahan ini sangat ramai dikunjungi orang Kristen. Lagu-lagu baru bermunculan dan mulai dinyanyikan dalam kebaktian-kebaktian. Musik gereja yang tadinya hanya satu piano atau satu orgen saja atau satu gitar saja, diganti dengan seperangkat alat band lengkap. Dalam kebaktian-kebaktian di gereja-gereja tertentu, khususnya di kalangan Pentakosta dan Karismatik, disemarakkan pula dengan tarian dan tamborin. Sejak saat itu mulai pula pernyataan-pernyataan bahwa seseorang diperbaharui melalui puji-pujian, diubahkan oleh puji-pujian, mengalami lawatan Tuhan seperti kesembuhan melalui puji-pujian, merasa imannya dibangun melalui puji-pujian, dan lain sebagainya. Dari fenomena ini maka puji-pujian menjadi faktor penting, bahkan dianggap sebagai utama, dalam kehidupan rohani. Ditambah lagi dengan pernyataan bahwa Tuhan bertakhta di atas puji-pujian, maka dikesankan Tuhan sedang diubah “selera-Nya” dalam mendengar lagu-lagu rohani. Lagu-lagu yang dulu dinyanyikan di gereja-gereja tertentu, khususnya gereja Karismatik dan Pentakosta, mengalami perubahan luar biasa. Mulai ada penyembahan dengan mengucapkan beberapa kata seperti “haleluya, glory, terpujilah nama-Mu” diucapkan berulang-ulang dan dilantunkan dengan nada. Pujian-pujian dan penyembahan menjadi sangat penting, sampai pada suatu pemikiran bahwa Tuhan dapat disukakan hanya dengan puji-pujian dan penyembahan. Memang hal ini tidak dikatakan secara eksplisit, tetapi secara implisit mewarnai pikiran banyak orang Kristen, khususnya di kalangan gereja Karismatik dan Pentakosta serta gereja-gereja yang sekarang tumbuh menjadi gereja besar (mega church). Akhirnya timbul pemahaman bahwa Tuhan Yesus adalah sosok Pribadi yang suka dipuji-puji dan disembah. Seakan-akan kalau Tuhan Yesus sudah dipuji-puji dan disembah-sembah, maka jemaat Kristen minta apa pun akan lebih didengar dan dikabulkan. Dalam hal ini dikesankan bahwa Tuhan dapat terlena oleh puji-pujian dan penyembahan orang Kristen. Acara di dalam gereja dibuat semeriah mungkin, seakan-akan dapat mewakili hidup Kekristenan mereka. Padahal Tuhan Yesus sendiri telah mengajarkan bahwa ibadah yang berkenan di hadapan Tuhan adalah menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Menyembah Allah dalam roh dan kebenaran artinya ibadah yang tidak dibatasi oleh ruangan, waktu, dan sistim seremonial. Ibadah yang berkenan kepada Allah adalah kehidupan setiap hari yang berkenan kepada Allah. Ukuran berkenan kepada Allah bukanlah puji-pujian dan penyembahan yang dinyanyikan dengan cara apa pun dan bagaimanapun, tetapi kehidupan yang mengerti kehendak Allah dalam segala hal dan melakukannya. Ini adalah kehidupan orang percaya yang menjadikan Tuhan sebagai hukumnya. Ibadah yang dikehendaki oleh Allah adalah penghormatan kepada Bapa dan Tuhan Yesus Kristus melalui segala sesuatu yang kita pikirkan, ucapkan dan lakukan. Liturgi kita adalah seluruh waktu hidup kita dari pagi sampai malam dan pagi lagi, artinya sepanjang waktu. Nyanyian hidup kita adalah melakukan kehendak Bapa dan Tuhan kita, Yesus Kristus. Tuhan Yesus yang sejati adalah Tuhan yang menghendaki kita memiliki prinsip seperti diri-Nya, yaitu melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Yesus yang hanya suka dipuji-puji dan disembah dalam liturgi gereja adalah Yesus fantasi, bukan Yesus yang sejati.

 Hamba Tuhan Gadungan | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Dewasa ini tampil banyak orang yang mengaku diri sebagai hamba Tuhan dan merasa bahwa dirinya adalah orang istimewa Tuhan Yesus. Dengan segala kesaksian yang dapat disampaikan kepada jemaat, mereka menunjukkan bahwa mereka orang khusus Tuhan. Seakan-akan mereka memiliki hak istimewa yang tidak dimiliki oleh jemaat, bahkan hamba Tuhan lain. Tentu saja kesaksian-kesaksian yang mereka kemukakan adalah kesaksian-kesaksian spektakuler yang bisa membuat decak kagum jemaat. Kesaksian-kesaksian mereka antara lain bisa berdialog dengan Tuhan Yesus setiap saat, bisa menjumpai Tuhan dengan mudah, memiliki perjumpaan dengan Tuhan, menyatakan diri sebagai sahabat Tuhan yang istimewa, mendapat visi-visi tertentu dan segala wahyu-wahyu-Nya, mendapat mandat menyampaikan pesan khusus dari Tuhan dan lain sebagainya. Dengan kesaksian tersebut secara tidak langsung ia mendeklarasikan diri sebagai hamba Tuhan yang sejati. Tidak dapat dibantah, bahwa hamba-hamba Tuhan yang mendeklarasikan dirinya sebagai orang istimewa Tuhan tersebut sangat dikultuskan oleh sebagian jemaat. Ironi, kelompok jemaat yang mengkultuskan hamba-hamba Tuhan tersebut jumlahnya sangat besar. Jemaat yang bodoh dan mudah dikelabui oleh mereka akan mengkultuskan sosok-sosok hamba Tuhan tersebut, tetapi jemaat yang cerdas, dewasa, dan memiliki hati nurani yang bersih dapat membedakan hamba Tuhan yang sejati dan hamba Tuhan gadungan. Jemaat yang dewasa, cerdas, dan berhati nurani bersih dapat mengenali penipuan-penipuan dari hamba-hamba Tuhan yang kesaksiannya sangat subjektif. Subjektif artinya berangkat dari pengalaman dan pandangan pribadi yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Untuk membuktikan apakah Yesus yang diajarkan adalah Yesus yang sejati atau Yesus fantasi dapat dilihat bukan saja dari kelakuan hamba Tuhan tersebut, tetapi dari apa yang diajarkannya. Kelakuan sehari-hari hamba Tuhan tersebut kita tidak tahu, tetapi kalau pengajarannya tidak membawa jemaat menjadi dewasa, maka pasti Yesus yang dikenalnya bukanlah Yesus yang sejati. Ajaran dari Yesus yang sejati menekankan kesucian yang bersumber kepada manusia batiniah, bukan sekadar memiliki kebaikan moral. Yesus yang sejati mengajarkan untuk meletakkan seluruh pengharapan ke dunia yang akan datang (langit baru dan bumi baru), bukan rumah di bumi, tetapi rumah di surga, titik. Oleh sebab itu pengajaran yang benar tidak menekankan hal-hal lahiriah seperti mukjizat, kesembuhan Ilahi, sukses mendapat berkat jasmani, promosi jabatan, dan lain sebagainya. Hal ini tidak bermaksud anti mukjizat atau promosi jabatan, tetapi penekanan pemberitaan Firman Tuhan haruslah perkara-perkara di atas. Pengajaran yang tidak benar membuat strata dalam gereja, seakan-akan pendeta atau hamba Tuhan memiliki kasta yang lebih tinggi dari jemaat. Dalam hal ini dibangun sistem keimaman seperti zaman Perjanjian Lama, ada imam dari keturunan Lewi, dan awam dari suku yang lain. Harus dipahami bahwa semua orang percaya adalah imamat-imamat yang rajani (1Ptr. 2:9). Ditambah lagi dengan kesan bahwa si pembicara adalah orang yang dekat dengan Tuhan, maka Tuhan lebih mudah mendengar dan mengabulkan doa para pembicara atau mereka yang mengaku hamba Tuhan. Hal ini memberi kesan bahwa Tuhan tidak mudah dijangkau oleh sembarang orang. Tuhan hanya dapat dijangkau oleh orang-orang tertentu yang memiliki hak khusus. Dengan kesan ini jemaat disudutkan pada posisi tidak dapat menjangkau Tuhan. Hal ini membangun mental blok yang membuat jemaat tidak terpacu mencari Tuhan sendiri sehingga selalu dan terus menerus bergantung kepada pendeta. Hamba Tuhan yang melahirkan ajaran atau suasana ini adalah hamba Tuhan gadungan yang pasti juga mengajarkan Yesus yang lain atau Yesus fantasi.

 Teosentris | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Seperti yang disinggung di atas bahwa kesucian atau kebenaran hidup orang percaya tidak dapat terukur oleh ukuran hukum, hal tersebut hanya dapat dinilai dan dirasakan oleh Allah sendiri sebab Allahlah hukumnya. Allah sebagai hukum kehidupan artinya bahwa kehendak Allah yang menjadi ukuran kesucian dan kebenaran seseorang. Prinsip hidup yang harus dikenakan orang percaya adalah prinsip hidup yang dikenakan oleh Tuhan Yesus. Prinsip itu adalah:  “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh. 4:34). Kata “makanan-Ku” dalam teks aslinya adalah broma (βρῶμά) yang artinya solid food atau nourishment. Hal ini menunjuk makanan pokok atau makanan penting bernutrisi yang menentukan kelangsungan hidup. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Terjemahan Lama diterjemahkan rezeki, yang menunjuk kehidupan. Dalam hal ini melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya adalah kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi. Oleh sebab itu orang percaya harus berurusan dengan Allah secara pribadi. Orang percaya harus memiliki kepekaan terhadap kehendak Allah dan memahami apakah dirinya sudah berkeadaan berkenan atau belum. Orang percaya yang benar selalu “menggelar perkara” di hadapan Allah. Perkara yang digelar adalah dirinya sendiri, yaitu apakah keadaan dirinya sudah berkenan di hadapan Allah atau belum. Orang percaya yang menggelar perkara di hadapan Allah selalu mempersoalkan: Apakah ada hal-hal yang Tuhan tidak kehendaki yang masih dilakukan atau apakah keberadaan orang percaya tersebut sudah memuaskan hati Allah atau belum. Dalam hal ini, kita belajar dari Pemazmur yang mohon agar Tuhan menyelidiki dirinya. Maksud hal tersebut adalah untuk menemukan apakah jalannya serong atau menyimpang (Mzm. 139:23-24). Dalam pergumulan hidup untuk mengerti kehendak Allah dan melakukan kehendak-Nya tersebut, maka pusat hidupnya bukanlah hukum yang tertulis, tetapi Allah sendiri. Dengan demikian orang percaya tidak bisa tidak harus menjadi teosentris, bukan anthroposentris. Teosentris di sini berarti menjadikan Allah sebagai pusat kehidupan, di mana orang percaya hidup hanya untuk melakukan kehendak Allah, bukan kehendaknya sendiri. Orang yang tidak bertindak dalam kehendak Allah, sebaik apa pun tindakan tersebut, masih bersifat anthroposentris. Itulah sebabnya Paulus mengatakan, bahwa sekalipun seseorang dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika tidak mempunyai kasih, sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun mempunyai karunia untuk bernubuat dan mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika tidak mempunyai kasih, sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun seseorang membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padanya, bahkan menyerahkan tubuhnya untuk dibakar, tetapi jika tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku. Kasih adalah segala tindakan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Firman Tuhan mengatakan bahwa Allah adalah kasih (1Yoh. 4:8). Orang-orang yang memandang atau menuduh bahwa usaha untuk mencapai kesempurnaan di dalam Tuhan adalah bentuk atau sikap anthroposentris, tidak memahami kebenaran. Justru merekalah yang anthroposentris. Mereka pasti tidak memiliki pergumulan yang proporsional, bagaimana mengerti kehendak Allah dan melakukannya, berkenan kepada Allah, berusaha bertumbuh dalam kedewasaan rohani untuk semakin seperti Yesus guna menyenangkan hati Bapa.

 Tidak Terukur | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Berbeda dengan agama-agama samawi, seperti agama Yahudi, di mana kesucian dan kebenaran hidup mereka dapat terukur, kebenaran atau kesucian hidup dalam Kekristenan tidak terukur, sebab dalam Kekristenan tidak ada hukum-hukum atau syariat seperti yang dimiliki agama Yahudi atau agama-agama samawi lainnya. Hukum yang harus dijalani dalam kehidupan orang percaya adalah Allah sendiri, yang sama dengan melakukan kehendak Allah yaitu apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna menurut Allah. Kalau Allah adalah hukumnya, maka hanya Allah yang tahu dan merasakan kesucian dan kebenaran seseorang. Manusia lain tidak akan pernah tahu dan merasakannya secara tepat, maka orang lain tidak berhak menilai atau menghakiminya. Jika hukum yang harus dijalani adalah kehendak Allah, maka tentu saja hanya Allah yang dapat mengukur seseorang, sampai di mana ketaatannya terhadap Allah sendiri. Hanya Allah yang dapat merasakan keberkenanan seseorang terhadap diri-Nya. Hukum yang diberlakukan dalam kehidupan orang percaya adalah Allah sendiri, artinya kehendak-Nya yang menjadi hukumnya. Sesungguhnya hanya Allah saja yang dapat menilai dan merasakan kehidupan seseorang. Dengan demikian hanya Tuhan yang mengukur sampai di mana seseorang mencapai kesempurnaannya. Hanya Allah yang dapat menjadi penilai dan hakimnya. Karena hal tersebut di atas, maka tidak ada orang percaya yang boleh merasa bahwa dirinya sudah sempurna, apalagi membandingkannya dengan sesamanya. Bagaimana dirinya tahu sudah sempurna dan membandingkannya dengan orang lain? Nilai kesempurnaan hanya ada pada Allah. Kesempurnaan setiap individu berbeda-beda sesuai dengan pandangan atau penilaian Allah atas masing-masing individu tersebut. Dengan demikian orang percaya tidak bisa dan memang tidak boleh membanggakan diri atas prestasi kerohanian atau moral yang telah dicapainya. Hal ini berbeda dengan agama samawi yang membuka peluang bagi pengikutnya untuk dapat membanggakan kesalehannya, sebab memang kesalehan mereka dapat terukur. Tetapi kesalehan hidup orang percaya tidak dapat terukur oleh manusia lain, sebab tingkat kesalehannya diukur oleh Allah dan disadari oleh diri sendiri dalam pimpinan Roh Kudus. Orang percaya harus selalu merasa miskin di hadapan Allah, artinya kesadaran bahwa dirinya belum berkeadaan seperti target yang harus dicapai sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah (Mat. 5:3). Dengan demikian seseorang harus selalu memperbaharui pikirannya supaya semakin mengerti yang dikehendaki oleh Allah. Seiring dengan pembaharuan pikiran, orang percaya mengalami pertumbuhan dalam pengenalan akan Allah, sehingga lebih mengerti kehendak Allah. Hal ini tidak berlangsung hanya satu kali, tetapi harus terus terjadi atau berlangsung setiap hari. Dengan demikian perjalanan hidup orang percaya adalah perjalanan dari pertobatan ke pertobatan (metanoia), demi menuju kesempurnaan seperti yang dikehendaki oleh Allah.   Kalau pertobatan dalam agama samawi pada umumnya menekankan pada perubahan perilaku yang kelihatan, yaitu untuk mereka yang meninggalkan keyakinannya atau melakukan pelanggaran moral berat yang bertentangan dengan hukum-hukum agamanya, tetapi dalam Kekristenan bukan hanya perubahan perilaku secara umum (hal ini juga penting), tetapi juga perubahan pola berpikir. Perubahan pola berpikir terus menerus sampai dapat memiliki pola berpikir seperti Tuhan Yesus (Flp. 2:5-7). Jika dipersoalkan apakah orang percaya bisa mencapai kesempurnaan? Jawabnya mengapa tidak, tetapi hanya Tuhan yang tahu. Pola berpikir seseorang yang menentukan setiap perilakunya, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yaitu sikap hatinya. Hal ini tentu saja hanya Tuhan yang tahu.

 Terukur | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Banyak orang Kristen tidak mau mengerti bahwa orang percaya dipanggil untuk sempurna. Sempurna di sini adalah sempurna dalam ukuran manusia sesuai dengan yang ditargetkan atau dikehendaki oleh Allah untuk dicapai seseorang. Tentu saja kesempurnaan masing-masing individu sesuai dengan kapasitas yang dapat dicapai oleh masing-masing individu tersebut. Dalam hal ini setiap komunitas dan individu memiliki tuntutan yang berbeda-beda. Bagi umat pilihan Perjanjian Lama, mereka hanya dituntut untuk melakukan hukum Taurat sebaik-baiknya atau sesempurna mungkin. Tetapi untuk umat Perjanjian Baru, mereka dituntut untuk serupa dengan Tuhan Yesus. Standar sempurnanya bukan hukum, tetapi Tuhan sendiri. Itulah sebabnya orang percaya harus berprinsip: Tuhan adalah hukumku. Ukuran sempurna bagi umat Perjanjian Lama adalah melakukan hukum Taurat. Ini berarti masing-masing orang memiliki ukuran yang sama yang dapat dibuktikan atau terukur. Sehingga seseorang dapat menyatakan bahwa dirinya tidak bercacat, yang sama dengan sempurna. Seperti Paulus dalam kesaksian mengenai hidupnya sebelum mengenal Tuhan Yesus, bahwa berdasarkan kebenaran melakukan hukum Taurat, dirinya tidak bercacat (Flp. 3:6). Dalam hal tersebut Paulus bisa menunjukkan kepada masyarakat di sekitarnya, bahwa ia tidak berbuat suatu kesalahan apa pun yang melanggar hukum Taurat. Kata “tidak bercacat” dalam teks aslinya adalah amemptos (ἄμεμπτος). Kata ini berarti blameless, deserving no censure, free from fault or defect (tidak bercacat, pantas tidak terhukum, bebas dari kesalahan). Dengan demikian, kesucian hidupnya yang berdasarkan Taurat dapat terukur. Orang-orang yang beragama Yahudi seperti Paulus juga dapat memiliki keberadaan yang sama dengan Paulus. Mereka dapat menyatakan diri sebagai orang saleh, orang benar, dan orang yang tidak bercacat. Pada umumnya agama-agama seperti agama Yahudi yang memiliki hukum tertulis sebagai standar kebenaran atau kesuciannya, kualitas moral, etika, dan perilakunya dapat terukur. Bisa dimengerti, kalau mereka merasa diri sudah benar, sehingga tidak merasa membutuhkan keselamatan dari korban salib Tuhan Yesus Kristus dan mereka juga tidak merasa perlu untuk bertobat. Mereka hanya merasa perlu bertobat jika mereka meninggalkan agamanya atau melakukan pelanggaran moral berat yang bertentangan dengan hukum agamanya. Agama seperti agama Yahudi tersebut dapat mengukur apakah seseorang dipandang melanggar hukum atau tidak. Jika melanggar hukum, maka dikenai sanksi atau hukuman. Dalam Taurat terdapat sanksi-sanksi terhadap para pelanggar hukum, dari hukuman ringan, denda sampai pada hukuman mati seperti dirajam batu. Bisa dimengerti kalau agama-agama samawi seperti agama Yahudi ini dapat membangun sebuah sistem masyarakat dan negara berdasarkan hukum agama. Berbeda dengan Kekristenan yang tidak memiliki hukum atau syariat seperti agama samawi tersebut. Kekristenan tidak dapat membangun suatu negara berdasarkan hukum atau syariat Kristen. Negara atau Kerajaan orang percaya yang berdasarkan Tuhan sendiri sebagai hukumnya hanya ada di langit baru dan bumi yang baru. Negara yang dibangun berdasarkan hukum agama membangun filosofi dasar bahwa pelanggaran terhadap hukum negara sama dengan pelanggaran terhadap hukum Allah. Itu juga berarti, bahwa pelanggaran terhadap hukum sama dengan dengan perbuatan dosa. Dan perbuatan dosa patut mendapat sanksi atau hukuman. Itulah sebabnya mereka dengan keras dan kejam dapat menghukum seseorang secara semena-mena. Mereka berbuat demikian dengan anggapan sedang membela Allah.  Seperti kasus Stefanus yang dirajam batu oleh orang-orang beragama (Kis. 7:1-60). Tindakan seperti itu adalah tindakan persekusi yang dihalalkan.

Comments

Login or signup comment.