Bukan Gila Pujian




Truth Daily Enlightenment show

Summary: Gereja-gereja di Indonesia sejak pertengahan tahun 1980-1990 mengalami sebuah gerakan yang sangat mempengaruhi orang-orang Kristen dalam berliturgi. Gerakan tersebut disebut sebagai gerakan “pujian dan penyembahan” (Praise and Worship). Gereja-gereja tertentu yang menyelenggarakan kebaktiannya dengan pujian dan penyembahan ini sangat ramai dikunjungi orang Kristen. Lagu-lagu baru bermunculan dan mulai dinyanyikan dalam kebaktian-kebaktian. Musik gereja yang tadinya hanya satu piano atau satu orgen saja atau satu gitar saja, diganti dengan seperangkat alat band lengkap. Dalam kebaktian-kebaktian di gereja-gereja tertentu, khususnya di kalangan Pentakosta dan Karismatik, disemarakkan pula dengan tarian dan tamborin.<br> Sejak saat itu mulai pula pernyataan-pernyataan bahwa seseorang diperbaharui melalui puji-pujian, diubahkan oleh puji-pujian, mengalami lawatan Tuhan seperti kesembuhan melalui puji-pujian, merasa imannya dibangun melalui puji-pujian, dan lain sebagainya. Dari fenomena ini maka puji-pujian menjadi faktor penting, bahkan dianggap sebagai utama, dalam kehidupan rohani. Ditambah lagi dengan pernyataan bahwa Tuhan bertakhta di atas puji-pujian, maka dikesankan Tuhan sedang diubah “selera-Nya” dalam mendengar lagu-lagu rohani. Lagu-lagu yang dulu dinyanyikan di gereja-gereja tertentu, khususnya gereja Karismatik dan Pentakosta, mengalami perubahan luar biasa. Mulai ada penyembahan dengan mengucapkan beberapa kata seperti “haleluya, glory, terpujilah nama-Mu” diucapkan berulang-ulang dan dilantunkan dengan nada.<br> Pujian-pujian dan penyembahan menjadi sangat penting, sampai pada suatu pemikiran bahwa Tuhan dapat disukakan hanya dengan puji-pujian dan penyembahan. Memang hal ini tidak dikatakan secara eksplisit, tetapi secara implisit mewarnai pikiran banyak orang Kristen, khususnya di kalangan gereja Karismatik dan Pentakosta serta gereja-gereja yang sekarang tumbuh menjadi gereja besar (mega church). Akhirnya timbul pemahaman bahwa Tuhan Yesus adalah sosok Pribadi yang suka dipuji-puji dan disembah. Seakan-akan kalau Tuhan Yesus sudah dipuji-puji dan disembah-sembah, maka jemaat Kristen minta apa pun akan lebih didengar dan dikabulkan. Dalam hal ini dikesankan bahwa Tuhan dapat terlena oleh puji-pujian dan penyembahan orang Kristen.<br> Acara di dalam gereja dibuat semeriah mungkin, seakan-akan dapat mewakili hidup Kekristenan mereka. Padahal Tuhan Yesus sendiri telah mengajarkan bahwa ibadah yang berkenan di hadapan Tuhan adalah menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Menyembah Allah dalam roh dan kebenaran artinya ibadah yang tidak dibatasi oleh ruangan, waktu, dan sistim seremonial. Ibadah yang berkenan kepada Allah adalah kehidupan setiap hari yang berkenan kepada Allah. Ukuran berkenan kepada Allah bukanlah puji-pujian dan penyembahan yang dinyanyikan dengan cara apa pun dan bagaimanapun, tetapi kehidupan yang mengerti kehendak Allah dalam segala hal dan melakukannya. Ini adalah kehidupan orang percaya yang menjadikan Tuhan sebagai hukumnya.<br> Ibadah yang dikehendaki oleh Allah adalah penghormatan kepada Bapa dan Tuhan Yesus Kristus melalui segala sesuatu yang kita pikirkan, ucapkan dan lakukan. Liturgi kita adalah seluruh waktu hidup kita dari pagi sampai malam dan pagi lagi, artinya sepanjang waktu. Nyanyian hidup kita adalah melakukan kehendak Bapa dan Tuhan kita, Yesus Kristus. Tuhan Yesus yang sejati adalah Tuhan yang menghendaki kita memiliki prinsip seperti diri-Nya, yaitu melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Yesus yang hanya suka dipuji-puji dan disembah dalam liturgi gereja adalah Yesus fantasi, bukan Yesus yang sejati.<br>