Hamba Tuhan Gadungan




Truth Daily Enlightenment show

Summary: Dewasa ini tampil banyak orang yang mengaku diri sebagai hamba Tuhan dan merasa bahwa dirinya adalah orang istimewa Tuhan Yesus. Dengan segala kesaksian yang dapat disampaikan kepada jemaat, mereka menunjukkan bahwa mereka orang khusus Tuhan. Seakan-akan mereka memiliki hak istimewa yang tidak dimiliki oleh jemaat, bahkan hamba Tuhan lain. Tentu saja kesaksian-kesaksian yang mereka kemukakan adalah kesaksian-kesaksian spektakuler yang bisa membuat decak kagum jemaat. Kesaksian-kesaksian mereka antara lain bisa berdialog dengan Tuhan Yesus setiap saat, bisa menjumpai Tuhan dengan mudah, memiliki perjumpaan dengan Tuhan, menyatakan diri sebagai sahabat Tuhan yang istimewa, mendapat visi-visi tertentu dan segala wahyu-wahyu-Nya, mendapat mandat menyampaikan pesan khusus dari Tuhan dan lain sebagainya. Dengan kesaksian tersebut secara tidak langsung ia mendeklarasikan diri sebagai hamba Tuhan yang sejati.<br> Tidak dapat dibantah, bahwa hamba-hamba Tuhan yang mendeklarasikan dirinya sebagai orang istimewa Tuhan tersebut sangat dikultuskan oleh sebagian jemaat. Ironi, kelompok jemaat yang mengkultuskan hamba-hamba Tuhan tersebut jumlahnya sangat besar. Jemaat yang bodoh dan mudah dikelabui oleh mereka akan mengkultuskan sosok-sosok hamba Tuhan tersebut, tetapi jemaat yang cerdas, dewasa, dan memiliki hati nurani yang bersih dapat membedakan hamba Tuhan yang sejati dan hamba Tuhan gadungan. Jemaat yang dewasa, cerdas, dan berhati nurani bersih dapat mengenali penipuan-penipuan dari hamba-hamba Tuhan yang kesaksiannya sangat subjektif. Subjektif artinya berangkat dari pengalaman dan pandangan pribadi yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya.<br> Untuk membuktikan apakah Yesus yang diajarkan adalah Yesus yang sejati atau Yesus fantasi dapat dilihat bukan saja dari kelakuan hamba Tuhan tersebut, tetapi dari apa yang diajarkannya. Kelakuan sehari-hari hamba Tuhan tersebut kita tidak tahu, tetapi kalau pengajarannya tidak membawa jemaat menjadi dewasa, maka pasti Yesus yang dikenalnya bukanlah Yesus yang sejati. Ajaran dari Yesus yang sejati menekankan kesucian yang bersumber kepada manusia batiniah, bukan sekadar memiliki kebaikan moral. Yesus yang sejati mengajarkan untuk meletakkan seluruh pengharapan ke dunia yang akan datang (langit baru dan bumi baru), bukan rumah di bumi, tetapi rumah di surga, titik. Oleh sebab itu pengajaran yang benar tidak menekankan hal-hal lahiriah seperti mukjizat, kesembuhan Ilahi, sukses mendapat berkat jasmani, promosi jabatan, dan lain sebagainya. Hal ini tidak bermaksud anti mukjizat atau promosi jabatan, tetapi penekanan pemberitaan Firman Tuhan haruslah perkara-perkara di atas.<br> Pengajaran yang tidak benar membuat strata dalam gereja, seakan-akan pendeta atau hamba Tuhan memiliki kasta yang lebih tinggi dari jemaat. Dalam hal ini dibangun sistem keimaman seperti zaman Perjanjian Lama, ada imam dari keturunan Lewi, dan awam dari suku yang lain. Harus dipahami bahwa semua orang percaya adalah imamat-imamat yang rajani (1Ptr. 2:9). Ditambah lagi dengan kesan bahwa si pembicara adalah orang yang dekat dengan Tuhan, maka Tuhan lebih mudah mendengar dan mengabulkan doa para pembicara atau mereka yang mengaku hamba Tuhan. Hal ini memberi kesan bahwa Tuhan tidak mudah dijangkau oleh sembarang orang. Tuhan hanya dapat dijangkau oleh orang-orang tertentu yang memiliki hak khusus. Dengan kesan ini jemaat disudutkan pada posisi tidak dapat menjangkau Tuhan. Hal ini membangun mental blok yang membuat jemaat tidak terpacu mencari Tuhan sendiri sehingga selalu dan terus menerus bergantung kepada pendeta. Hamba Tuhan yang melahirkan ajaran atau suasana ini adalah hamba Tuhan gadungan yang pasti juga mengajarkan Yesus yang lain atau Yesus fantasi.<br>