Truth Daily Enlightenment show

Truth Daily Enlightenment

Summary: Renungan harian berisi intisari pengajaran aplikatif yang disampaikan oleh Pdt. Dr. Erastus Sabdono, dengan tujuan melengkapi bangunan berpikir kita mengenai Tuhan, kerajaan-Nya, kehendak-Nya dan tuntunan-Nya untuk hidup kita. A daily devotional containing a brief teaching along with the applications, read by Dr. Erastus Sabdono. The messages will equip you and bring you to better understand God, His kingdom, His will, and His guidance in our lives.

Join Now to Subscribe to this Podcast

Podcasts:

 Hukum Tabur Tuai Dalam Mukjizat | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Hukum tabur tuai ini mirip dengan konsep “karma” dalam suatu agama. Hukum tabur tuai adalah bahwa segala sesuatu yang kita lakukan mempunyai akibat. Kenyataan ini berangkat dari dua hal:  Pertama, Allah adalah Allah yang telah memberi kehendak bebas kepada manusia. Allah sendiri konsekuen dengan kebebasan yang telah diberikan itu. Sebagai buktinya, Allah meletakkan pohon ujian di taman Eden. Oleh sebab itu harus ditegaskan bahwa nasib manusia di tangan manusia itu sendiri. Kedua, Allah adalah Allah yang adil yang menuntut pertanggungjawaban. Keadilan Allah tidak bertentangan dengan kasih-Nya. Oleh sebab itu, manusia adalah makhluk yang hidup di bawah bayang-bayang keadilan Allah. Itulah sebabnya penyaliban Tuhan Yesus memuaskan hati Allah Bapa dalam menggenapi tuntutan keadilan Allah. Setiap dosa harus dihukum dan Tuhan Yesus menggantikan tempat kita. Keadaan manusia bukanlah hasil dari penentuan nasib atau takdir. Oleh karenanya dunia ini bukan panggung sandiwara, tetapi medan pergumulan antara memilih yang jahat atau baik. Keberuntungan atau kemalangan. Kehidupan atau kebinasaan. Tuaian dari apa yang kita tabur itu bisa kita tuai, baik selama hidup dalam dunia maupun di balik kubur. Apa yang kita tuai persis seperti yang kita tabur. Perhitungan Allah tepat (a person will reap exactly what he plants). Oleh sebab itu kita tidak boleh hidup ceroboh. Dalam Galatia 6:7 tertulis bahwa Allah tidak dapat dipermainkan. Manusia berurusan dengan Allah dan tidak dapat menghindari hukum tersebut. Semua yang kita lakukan dalam hidup ini menimbulkan reaksi dan tindakan Allah atas diri kita, sebab kita adalah hasil karya-Nya. Ia sebagai Hakim yang adil untuk memberkati orang yang hidup dalam kebenaran dan menghukum orang yang tidak hidup dalam kebenaran. Kalau seseorang sudah mengenal Tuhan dan mulai mengerti kebenaran, maka ia harus mulai bertanggung jawab. Misalnya, kalau seorang anak Allah sudah mengerti bahwa tubuhnya adalah bait Roh Kudus, maka ia dipanggil untuk merawat tubuhnya dengan baik melalui olahraga yang teratur, tidur cukup, pola makan yang sehat, dan lain sebagainya. Tetapi jika seseorang yang sudah mengerti kebenaran tidak menjaga kesehatan tubuhnya seperti merokok, mengkonsumsi alcohol, dan lain sebagainya, maka Tuhan tidak mudah menyembuhkannya dengan mukjizat. Ia harus menuai apa yang ia tabur. Kalau seseorang sembrono dalam bekerja, seperti tidak mau bekerja keras, malas, tidak jujur, dan tidak bisa dipercayai dalam pekerjaan, maka jika ia menghadapi masalah ekonomi, Tuhan tidak mudah menolongnya. Ia harus menuai apa yang ia tabur. Sesungguhnya dia sendiri yang telah menjadikan dirinya bermasalah atau hidup dalam kesulitan. Memang kalau kita berbuat dosa, Tuhan pasti mengampuni, yaitu jika kita bertobat, tetapi akibat dosa itu sendiri tetap harus ditanggung. Mukjizat tidak dapat meniadakan hukum tabur tuai ini. Seperti contoh lainnya, seorang ibu minta kepada pendetanya agar pendeta tersebut meletakkan tangan kepada anaknya, dengan maksud supaya anaknya naik kelas dan mendapat nilai yang baik di sekolah. Ibu ini mengharapkan mukjizat atau cara mudah mendapat nilai baik untuk anaknya. Di satu sisi doa perlu dipanjatkan, tetapi tanggung jawab membimbing anak untuk belajar rajin juga penting, khususnya anak itu sendiri harus rajin belajar. Untuk hal-hal yang di luar kemampuan kita, kita berharap Tuhan bertindak dan Tuhan pasti bertindak sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Tetapi untuk hal-hal yang menjadi bagian kita, kita yang harus mengerjakannya sendiri secara maksimal. Bukan Tuhan yang harus mengerjakan bagian kita tersebut. Jadi kalau seorang pendeta mengiming-iming mukjizat untuk menyelesaikan dengan mudah segala masalah, tetapi tidak mengajarkan prinsip tanggung jawab sesuai dengan hukum tabur tuai, maka ia menyesatkan umat dan menjadikan jemaat sebagai pribadi-pribadi yang tidak bertanggung jawab. Ini sangat berbahaya. Ironisnya, dewasa ini di banyak gereja justru pendeta seperti itu yang di...

 Mukjizat Dan Tanggung Jawab | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Sudah saatnya orang percaya berpikir cerdas dan dewasa, khususnya terkait dengan masalah mukjizat. Kesalahan banyak orang Kristen hari ini adalah selalu mau menyelesaikan segala sesuatu dengan mukjizat.  Sekilas hal ini tidak ada salahnya, apalagi biasanya permohonan untuk menyelesaikan segala masalah tersebut melalui doa. Tetapi sebenarnya hal ini dapat merusak hukum dalam kehidupan, yaitu hukum tabur tuai. Memang bagi orang kafir yang belum mengerti kebenaran dan tidak memahami arti hukum tabur tuai, mereka lebih mudah mengalami mukjizat. Hal ini disebabkan beberapa faktor: Pertama, karena mereka belum mengerti kebenaran. Maka mereka tidak dituntut bertanggung jawab atas apa yang mereka tidak tahu. Seperti yang dikatakan oleh Firman Tuhan: “Kepada yang diberi banyak dituntut banyak tetapi bagi yang diberi sedikit dituntut sedikit.” Kedua, karena mereka memerlukan tanda untuk mengenal atau memahami bahwa ada Allah yang hidup. Mukjizat dapat menjadi jendela mengenal adanya Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Setelah seseorang menjadi orang Kristen, maka seharusnya ia tidak mengharapkan mukjizat untuk menyelesaikan segala persoalan hidup dan segala kesukaran yang dihadapi. Orang percaya yang dewasa menghadapi kesukaran hidup dengan pengertian bahwa masalah-masalah hidup dengan segala kesukarannya sesungguhnya merupakan berkat. Jika kita menghadapi kesukaran menyelesaikan dengan tanggung jawab tanpa mengharapkan mukjizat Tuhan, maka kesukaran hidup menjadi berkat abadi. Misalnya kalau seseorang menghadapi kesulitan dalam bisnis, bisa saja memohon mukjizat Tuhan sehingga bisnisnya mendapat jalan keluar dengan gampang dan memperoleh kemudahan untuk mengalami kemajuan. Tetapi kalau kesukaran tersebut dihadapi dengan kerja keras, maka kesukaran tersebut menjadi berkat, yaitu membuat dirinya semakin cakap dan menguasai atau ahli di bidangnya. Kesukaran hidup merupakan cara Tuhan mendewasakan mental dan rohani kita. Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia (Rm. 8:28). Allah tidak memiliki cara lain untuk mendewasakan anak-anak-Nya selain melalui segala peristiwa kehidupan yang terjadi, baik yang dilihat, didengar, dan dialami secara langsung. Seperti Firman Tuhan katakan, bahwa besi harus menajamkan besi. Tidak ada cara mudah untuk menjadi dewasa selain proses kehidupan melalui segala kejadian yang dialami seseorang. Selanjutnya, kesukaran hidup membuat kita lebih dapat mengerti kebutuhan orang lain. Kalau seseorang tidak pernah lapar, maka ia tidak dapat mengerti kelaparan orang lain. Dengan demikian, kesukaran hidup membangun perasaan empati kita kepada sesama. Kesukaran hidup membuat kita cakap menghadapi hidup, khususnya bidang yang kita geluti. Seseorang tidak bisa menjadi cakap dengan sendirinya, tetapi dengan ketekunan seseorang dapat menjadi cakap. Sesuai dengan Firman Tuhan bahwa, apa yang ditabur seseorang itu juga dituainya. Itulah sebabnya kemalasan adalah sikap tidak bertanggung jawab dan dosa. Akhirnya, kesukaran hidup membuat kita lebih menghayati bahwa dunia ini bukan rumah kita. Sehingga kita mengarahkan diri kita kepada dunia yang akan datang. Firman Tuhan mengatakan bahwa pengharapan itu menyucikan. Kita harus memahami bahwa dalam menjalani hidup ini, kita terikat dengan hukum Allah, yaitu hukum tabur tuai.  Dalam Galatia 6:7 Alkitab menulis: Jangan sesat! Allah tidak membiarkan Diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Dalam teks aslinya, kalimat “jangan sesat” adalah me planasthe (Μὴ πλανᾶσθε). Dalam salah satu terjemahan Alkitab bahasa Inggris diterjemahkan: be not deceive, ada juga yang menerjemahkan do not deceive yourselves. Dari pernyataan Firman Tuhan ini dapat diperoleh pelajaran rohani bahwa pemikiran yang salah dalam diri kita merupakan potensi penyesatan yang harus diwaspadai. Kalau Tuhan sendiri yang memperingatkan itu berarti suatu bahaya besar akibat penyesatan tersebut. Oleh sebab itu,

 Mesias Palsu | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Tuhan Yesus beberapa kali memperingatkan murid-murid-Nya untuk tidak menceritakan beberapa mukjizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Dalam Injil Markus 5, dikisahkan mengenai mukjizat yang Tuhan Yesus lakukan, yaitu membangkitkan anak Yairus yang sudah mati. Setelah Tuhan Yesus membangkitkan anak Yairus tersebut, Ia berpesan dengan sangat agar mereka tidak mempublikasikannya (Mrk. 5:43). Mengapa Tuhan Yesus melakukan hal ini? Hal itu dimaksudkan agar perkara-perkara ajaib yang terjadi tidak menutup mata pengertian mereka terhadap maksud utama kedatangan Tuhan. Mereka harus memahami maksud utama kedatangan Tuhan Yesus. Harus selalu kita ingat, bahwa dalam Perjanjian Baru mukjizat dapat menjadi tanda agar karya keselamatan Tuhan Yesus dikenal oleh banyak orang. Dalam hal ini diperlukan keseimbangan, penekanan yang berlebihan terhadap mukjizat menjadikan banyak orang Kristen tidak bertanggung jawab. Selain itu dapat membutakan mata rohani dan pengertian mereka terhadap misi utama kedatangan Tuhan Yesus. Sangat memprihatinkan, kalau selama ini banyak orang Kristen menjadikan mukjizat sebagai tujuan atau goal pelayanan. Mereka tidak melihat arah yang harus dituju berkenaan dengan diadakannya mukjizat. Banyak hamba Tuhan merasa sudah puas telah menunaikan pelayanan dengan membawa jemaat kepada pengalaman mukjizat, tetapi tidak mengarahkan mereka kepada maksud keselamatan diberikan. Dengan pengajaran yang salah tersebut secara tidak langsung, jemaat diparkir dalam kebodohan, diikat dalam keinginan-keinginan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan jasmani. Sehingga mata hati mereka tidak melihat cahaya kemuliaan Injil yang murni. Mereka hanya terkesima terhadap kuasa mukjizat. Yesus sebagai Mesias, datang untuk membebaskan manusia dari perbudakan dosa, bukan perbudakan politik. Yesus tidak membawa bangsa Israel kepada kejayaan lahiriah atau kemuliaan duniawi, sebab kerajaan-Nya bukan dari dunia ini. Yesus adalah Mesias dari Bapa di surga yang memikul hukuman akibat kesalahan (dosa) semua manusia. Mesias yang benar ini mengajarkan bagaimana sempurna seperti Bapa, dan hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Mesias yang benar mengarahkan manusia untuk melepaskan diri dari segala ikatan duniawi, bahkan dari segala miliknya. Yesus sendiri menyatakan bahwa Ia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya.  Hal ini dimaksudkan agar fokus hidup orang percaya hanya kepada proses untuk dapat berkeadaan diri sesuai rancangan semula, sebab seseorang tidak akan dapat diubah atau menjadi murid Tuhan kalau tidak melepaskan diri dari segala miliknya (Luk. 14:33). Mesias yang sejati akan mengarahkan manusia ke langit baru dan bumi yang baru. Sebab bumi ini akan dihancurkan menjadi lautan api. Oleh sebab itu, orang percaya harus merasa bahwa dirinya menumpang di bumi ini. Kehidupan di bumi hanyalah untuk mempersiapkan diri menjadi umat yang layak bagi Tuhan atau menjadi mempelai-Nya. Hal ini penting untuk kita pahami agar orang percaya tidak menyimpang dari kebenaran. Tanpa disadari, ketika mukjizat diletakkan pada prioritas utama, maka tidak ada kesadaran sebagai musafir dalam dunia ini. Sebab segala sesuatu yang bertendensi pada kepentingan pemenuhan kebutuhan jasmani membuat seseorang tidak menghayati berkat rohani yang memiliki nilai lebih tinggi. Dewasa ini banyak gereja mengajarkan Yesus yang lain, Yesus yang diperkenalkan sebagai Mesias duniawi. Yesus yang sibuk membuat mukjizat, memenuhi berkat jasmani, menolong masalah-masalah yang dialami jemaat agar dapat membuat hidup di bumi menjadi nyaman. Ini berarti mengajarkan Mesias yang tidak berbeda dengan yang diingini oleh bangsa Yahudi, yang akhirnya menyalibkan Yesus. Gereja seperti itu ramai dikunjungi orang, sebab mereka menawarkan apa yang sesuai dengan semangat zaman atau selera jiwa mereka. Mereka mengajarkan Mesias palsu yang disibukkan dengan membuat mukjizat. Yesus yang sejati adalah Yesus yang membawa iman kita kepada ...

 Mukjizat Sebagai Tanda | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Dalam Perjanjian Baru kita menemukan mandat Tuhan Yesus bagi orang percaya agar mereka memberitakan Injil sampai ke ujung bumi dan Tuhan berjanji akan menyertai dengan tanda-tanda (Mrk. 16:17-18. “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.”). Kata “tanda” dalam teks asli adalah semeion. Semeion arti harafiahnya adalah pemberi arah atau petunjuk jalan. Jadi, mukjizat bukanlah tujuan, tetapi tanda atau penunjuk arah. Jika seseorang memberitakan Injil di tempat di mana masyarakat belum mendengar Injil dan belum mengenal Allah yang hidup, maka mukjizat dapat membuka jalan agar mereka yang tidak mengenal Allah yang benar dan Juruselamat, dapat mengenal Dia. Jadi, mengapa mukjizat disebut sebagai tanda atau berfungsi sebagai penunjuk arah? Pertanyaan ini harus dijawab dengan benar supaya orang Kristen mengerti benar fungsi mukjizat dalam hidup orang percaya secara umum dan pelayanan pekerjaan Tuhan. Kalau seseorang menginjil ke sebuah daerah yang tidak pernah mengenal Allah Israel, Allah Abraham, Ishak dan Yakub, mereka tidak mengenal ada Allah yang menciptakan langit dan bumi yang mengutus Putra-Nya yang tunggal, dengan cara bagaimanakah kita memperkenalkan Allah kepada mereka?  Tentu tidak cukup dengan kata-kata, tetapi harus ada “bukti”. Apakah benar Yesus anak Allah yang berkuasa, yang mati dan bangkit dari kematian? Untuk menjawab masalah ini, maka Tuhan menyertakan kuasa-Nya yang menghasilkan mukjizat untuk membuka mata pengertian orang kafir untuk mengenal Allah yang benar. Demikianlah pada seluruh perjalanan pelayanan Tuhan Yesus disertai tanda-tanda ajaib dan mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Hal itu dimaksudkan agar orang-orang Yahudi dapat mendengar kebenaran dan mengenal bahwa Yesus adalah utusan Allah. Mengenai hal tersebut, Tuhan Yesus berkata: “Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (Yoh. 11:42). Kita harus memerhatikan frase “oleh karena orang banyak yang berdiri di sini… supaya mereka percaya”. Jelaslah di sini bahwa mukjizat dilakukan untuk orang yang belum percaya atau baru ikut-ikutan menjadi Kristen. Dalam hal ini kita sangat setuju atas keyakinan bahwa mukjizat masih berlaku, yaitu selama masih dibutuhkan untuk membuka mata manusia yang tidak mengenal adanya Allah yang benar dan Yesus Kristus satu-satunya Juruselamat. Dalam pelayanan, dijumpai hamba-hamba Tuhan yang dipakai Tuhan secara luar biasa dalam hal ini. Namun demikian, harus tetap disadarkan bahwa Kekristenan bukan hanya sekadar mengalami mukjizat. Setelah mereka percaya kepada Tuhan Yesus, mereka harus mengalami pertumbuhan iman untuk menjadi serupa dengan Yesus, sebab itulah maksud keselamatan agar kita menjadi serupa dengan Yesus sebagai model manusia yang dikehendaki oleh Allah (Rm. 8:28-29). Dalam suatu peristiwa, Tuhan menegur orang-orang yang kelihatannya akrab hendak mengikut Tuhan Yesus tetapi tidak memiliki nilai pengiringan yang benar. Kepada mereka dengan tegas Tuhan Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” (Yoh. 6:26). Kata “tanda” dalam teks ini adalah semeion yang sama artinya dengan mukjizat. Dalam pernyataan-Nya tersebut, Tuhan hendak menasihati mereka agar jangan hanya karena berkat jasmani dari mukjizat yang Tuhan kerjakan mereka mengiring Yesus. Tetapi harus melihat arah atau penunjuk ke mana mereka harus bertumbuh atau melangkah.

 Berkat Dan Harta Abadi | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Dalam beberapa kesempatan, orang bertanya kepada saya apakah saya tidak percaya mukjizat dan tidak membutuhkan mujizat? Pernyataan tersebut adalah pertanyaan bodoh, yaitu kalau ditujukan kepada orang beragama. Sebab orang beragama pada umumnya percaya adanya mukjizat. Sejatinya, jika hal tersebut harus ditanyakan tentu tidak ditanyakan kepada orang Kristen, apalagi seorang pendeta. Pertanyaan tersebut sebenarnya hanya pantas ditujukan kepada orang yang tidak mengenal Tuhan dan yang tidak percaya adanya Tuhan atau orang ateis. Kalau itu ditanyakan kepada seorang anak Allah, apalagi kepada seorang pendeta, tentu saja jawabnya adalah “saya percaya adanya mukjizat dan saya membutuhkan mukjizat pada waktu-waktu tertentu.” Mukjizat dibutuhkan untuk menunjukkan dan membuktikan bahwa ada Allah yang hidup dan Yesus Kristus yang diutus-Nya. Terutama kepada mereka yang ada di lingkungan masyarakat yang primitif. Juga kepada orang-orang yang belum mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat yang berasal dari kepercayaan lain. Mereka masih membutuhkan mujizat.  Untuk mereka kita masih bisa memperkarakan mukjizat tertentu dalam petunjuk dan pimpinan Roh Kudus yang akurat.  Kita memperkarakan mukjizat bukan untuk mencari popularitas, bukan untuk mendapatkan keuntungan materi atau keuntungan pribadi yang lain, tetapi semua berlangsung hanya untuk kemuliaan Allah. Orang Kristen baru, pada umumnya masih berpikir seperti orang yang tidak mengenal Allah. Mereka datang ke gereja hanya karena membutuhkan pertolongan menyangkut masalah pemenuhan kebutuhan jasmani. Hal ini harus kita maklumi, sebab mereka belum mengerti kebenaran secara lengkap atau utuh. Seperti yang mereka lakukan sebelum menjadi Kristen, mereka pergi ke rumah-rumah ibadah, dukun, atau tempat-tempat tertentu hanya karena untuk memperoleh jalan keluar dari berbagai masalah hidup yang mereka hadapi, khususnya yang bertalian dengan pemenuhan kebutuhan jasmani. Jadi, bisa sangat dimengerti kalau mereka ke gereja hanya karena ingin melihat dan mengalami mukjizat. Mereka sangat menikmati kuasa Tuhan yang dapat didemonstrasikan di dalam gereja. Semakin dahsyat mukjizat Tuhan, maka mereka semakin menikmati dan bangga atas mukjizat-mukjizat tersebut. Gereja-gereja yang baru muncul biasanya juga ditandai oleh “demam” mukjizat-mukjizat. Gereja-gereja Pentakosta di awal abad 20 sampai awal abad 21 juga ditandai dengan kebanggaan terhadap mukjizat-mukjizat. Di setiap pertemuan bersama atau kebaktian, mukjizat selalu disebut-sebut dan dibangga-banggakan. Setiap Minggu selalu ada kesaksian orang-orang yang menyaksikan mengenai pertolongan Tuhan dari berbagai masalah kehidupan yang mereka hadapi. Biasanya, kesaksian yang mereka kemukakan juga mengenai pertolongan untuk masalah pemenuhan kebutuhan jasmani dan masalah-masalah fana dunia ini. Itulah sebabnya lagu-lagu rohani yang dinyanyikan bertemakan Allah yang kuasa-Nya tidak berubah, Allah yang ajaib dan heran, perbuatan-perbuatan Tuhan yang spektakuler, dan lain sebagainya, yang orientasinya sekitar mukjizat. Hal ini juga bisa kita mengerti sebab gereja tersebut masih baru. Setelah melewati perjalanan panjang, seharusnya gereja-gereja ini sudah menjadi dewasa. Fokus pelayanan gereja bukan lagi mukjizat untuk memenuhi segala kebutuhan jasmani, tetapi harus mulai mengerti maksud keselamatan dalam Yesus Kristus, yaitu dikembalikan ke rancangan semula. Ini bukan berarti kita tidak percaya mukjizat dan tidak membutuhkan mukjizat sama sekali. Fokus yang harus diubah, yaitu dari fokus pada pemenuhan kebutuhan jasmani beralih kepada kesempurnaan seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Jemaat harus diajak untuk bergerak ke level yang lebih tinggi. Mukjizat adalah berkat sementara, tetapi kesempurnaan adalah berkat dan harta abadi.

 Agenda Satu-satunya | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Satu hal yang sangat prinsip, dan sejatinya menjadi satu-satunya hal yang harus digumuli dalam kehidupan jemaat dan gereja, adalah kebenaran yang diajarkan oleh Tuhan Yesus untuk dikenakan dalam kehidupan orang percaya di bumi ini. Kebenaran-kebenaran yang diajarkan di dalam Injil dan tulisan rasul-rasul harus dipahami dengan benar agar orang percaya mengerti maksud keselamatan diberikan kepada umat pilihan. Keselamatan diberikan agar manusia menemukan maksud dirinya diciptakan oleh Tuhan, atau dikembalikan ke rancangan semula. Dalam hal ini, Injil dan tulisan rasul-rasul sama sekali tidak memberikan tekanan pada pemenuhan kebutuhan jasmani dan penyelesaian masalah-masalah hidup umum yang bersifat fana. Injil dan tulisan rasul-rasul selalu menekankan bagaimana memindahkan hati ke Kerajaan Surga dan hidup tidak bercacat dan tidak bercela; sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Hal segambaran dan keserupaan dengan Allah, sebenarnya adalah pokok pengajaran yang hanya ada pada Kekristenan. Tidak ada agama di dunia ini yang mengajarkan umat harus sempurna seperti Tuhan yang disembahnya. Dalam hal ini, orang percaya dipanggil untuk menjadi manusia Allah (man of God) yang berkodrat Ilahi. Oleh sebab itu,  pelayanan pekerjaan Tuhan harus diorientasikan pada hal ini. Hal tersebut harus menjadi agenda utama dalam pelayanan, agar jemaat benar-benar memahami dan bersedia untuk masuk ke dalam proses pembentukan manusia batiniah sampai sempurna. Dalam banyak agama dan keyakinan tidak pernah diajarkan mengenai segambaran dan keserupaan dengan Allah serta standar atau parameternya.  Menjadi manusia yang segambar dan serupa dengan Allah lebih dari sekadar menjadi orang yang hidup santun, beradab, dan beretika dengan mematuhi hukum-hukum yang ada pada agama-agama pada umumnya. Sedangkan dalam kehidupan orang percaya segambaran dan keserupaan dengan Allah adalah tujuan atau goal yang harus dicapai orang percaya. Tidak ada tujuan lain yang boleh mewarnai kehidupan orang percaya. Agenda satu-satunya kehidupan orang percaya yang menjadi umat pilihan adalah sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Kalau orang-orang pada umumnya berurusan dengan allah, ilah, atau dewa sesembahan mereka adalah karena mereka menghadapi persoalan-persoalan hidup, dan biasanya hanya menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmani. Mereka berharap sesembahan mereka dapat memberi pertolongan atau jalan keluar. Itulah sebabnya mereka mengadakan seremonial, ritual, atau upacara agama. Mereka mengharapkan dan berusaha memercayai bahwa allah, ilah, atau dewa sesembahan mereka menunjukkan kemukjizatan-kemukjizatan yang dapat memberi jalan keluar mudah dari berbagai persoalan hidup yang mereka hadapi. Hal ini berbeda dengan orang percaya yang benar. Orang percaya datang kepada Tuhan untuk memperkarakan maksud dan tujuan Allah menciptakan manusia, serta bagaimana seharusnya manusia menyelenggarakan hidupnya sesuai kehendak-Nya. Jadi, seharusnya orang datang ke gereja bukan karena masalah-masalah pemenuhan kebutuhan jasmani, tetapi untuk menemukan kebenaran-Nya agar dapat menjadi manusia sesuai dengan maksud dan tujuan dirinya diciptakan oleh Tuhan. Jika orang percaya memahami kebenaran ini, maka ia tidak akan melirik kuasa Tuhan yang dapat melahirkan mukjizat-mukjizat. Bagi orang percaya yang benar dan dewasa, mengerti kehendak Tuhan dan melakukan kehendak-Nya lebih dari sekadar mengalami mukjizat. Jadi kalau ada gereja dan pendetanya selalu menekankan mukjizat, maka itu berarti sebuah penyimpangan yang berdampak sangat negatif. Sebab orientasi berpikir jemaat disimpangkan dari tujuan keselamatan. Memang kelihatannya tidak melanggar Firman bahkan dianggap sangat positif, tetapi sebenarnya sebuah penyimpangan yang membuat jemaat tidak pernah menjadi anak-anak Allah yang diperkenan masuk ke dalam anggota keluarga Kerajaan.

 Penyimpangan Dalam Pelayanan | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Ketika dunia mengalami resesi dan banyak kesukaran menimpa manusia – seperti krisis ekonomi, politik, sosial, ekologis berupa bencana alam, dan lain sebagainya – maka Tuhan ditawarkan sebagai solusi bagi manusia agar dapat terhindar dari kesulitan-kesulitan hidup. Tidak dapat dibantah, menurut survei dan hasil riset dalam bidang sosiologi, dikatakan bahwa masyarakat yang sedang dilanda kesukaran lebih mudah bertuhan atau beragama daripada masyarakat yang nyaman dengan kehidupannya. Dalam kondisi kehidupan masyarakat yang sulit, gereja menjadi alternatif yang dicari orang untuk mendapat jalan keluar. Dengan demikian, di tengah-tengah masyarakat yang menghadapi kesulitan hidup, gereja lebih banyak dikunjungi orang. Faktanya, tidak dapat dibantah apa yang selama ini terjadi di sekitar kita, demikianlah adanya. Gereja menjadi tempat untuk menemukan Tuhan guna menyelesaikan masalah-masalah pemenuhan kebutuhan jasmani dan jalan untuk menghindarkan diri dari berbagai kesulitan hidup. Ketika gereja hanya menjadi tempat untuk memperoleh jalan keluar dari berbagai kesulitan hidup di bumi berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan jasmani, maka terjadi praktik pelayanan rohani yang mirip dengan praktik perdukunan. Maksud praktik perdukunan adalah bahwa gereja dan semua pelayan-pelayannya menggunakan kuasa Tuhan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan jasmani yang terjadi dalam kehidupan umat Tuhan. Sama seperti dukun-dukun yang “menjual jasa” dengan membuat praktik-praktik mukjizat guna penyelesaian masalah-masalah hidup yang bertalian dengan pemenuhan kebutuhan jasmani. Dengan isi pelayanan seperti ini, maka gereja mengabaikan maksud keselamatan yang diberikan Allah kepada manusia, yaitu dikembalikannya manusia kepada rancangan Allah semula, menjadi segambar dan serupa dengan Allah. Demikian faktanya yang terjadi di banyak gereja hari ini, gereja menyelenggarakan praktik pelayanan yang mekanismenya seperti dalam praktik perdukunan di dunia yang tidak mengenal Allah. Gereja-gereja palsu tersebut mempromosikan mukjizat dengan menggunakan kuasa Tuhan untuk penyelesaian masalah pemenuhan kebutuhan jasmani. Dengan mudahnya gereja-gereja tersebut menjanjikan penyelesaian masalah yang dihadapi jemaat, mulai dari masalah ekonomi, bisnis, kesehatan, jodoh, keinginan memiliki keturunan, dan lain sebagainya. Kalau kita tidak teliti, maka kita bisa tertipu oleh praktik pelayanan gereja-gereja yang sudah menyimpang dari kebenaran tersebut. Mereka memperkenalkan Yesus sebagai sosok yang dapat peduli dengan persoalan pemenuhan kebutuhan jasmani, tanpa mengajarkan dengan benar bagaimana harus mengikuti jejak hidup-Nya. Tentu saja Tuhan Yesus juga sangat peduli dengan masalah pemenuhan kebutuhan jasmani, tetapi sesungguhnya Tuhan Yesus lebih peduli pada proses pertumbuhan rohani agar pengikut-Nya menjadi seperti Diri-Nya. Mengikut Yesus berarti menjalani kehidupan seperti yang pernah dijalani oleh Yesus, yaitu hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Oleh sebab itu, orang percaya yang benar tidak lagi mempersoalkan pemenuhan kebutuhan jasmani. Melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya merupakan satu-satunya hal yang diperjuangkan melebihi segala sesuatu. Tanpa disadari, praktik pelayanan yang mirip dengan perdukunan mengakibatkan penyimpangan. Mukjizat menjadi komoditas utama orang-orang yang mengaku “hamba Tuhan” dan yang mendeklarasikan diri (terang-terangan maupun terselubung) mewakili Tuhan untuk menolong umat-Nya. Tanpa mereka sendiri sadari, mereka menjual nama Tuhan selain untuk kepentingan materi, juga kebesaran nama sebagai karir di dalam gereja lokal maupun di dalam sinode suatu gereja.

 Sikap Yang Benar Terhadap Mukjizat | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Sikap orang percaya terhadap mukjizat harus benar, sebab hal ini bertalian dengan hubungan kita dengan Tuhan. Sikap yang salah terhadap mukjizat akan menempatkan diri kita menjadi salah pula di hadapan-Nya. Sebaliknya, sikap yang benar terhadap mukjizat akan membuat kita dapat menempatkan diri secara benar di hadapan-Nya dan menempatkan Tuhan di tempat yang sepantasnya. Pengajaran dan praktik pelayanan mukjizat dewasa ini kalau tidak disikapi dengan benar bisa menyesatkan umat, sehingga mereka tidak mengenal keselamatan dengan benar. Ketika Alkitab menyebut mengenai mesias palsu, hal tersebut bukan hanya ditujukan kepada mereka yang mengaku dapat menyelamatkan manusia atau tokoh-tokoh agama di luar Kristen, tetapi juga bagi para pendeta yang menampilkan diri sebagai mesias konsep orang Yahudi. Orang-orang Yahudi menginginkan mesias yang dapat memenuhi kebutuhan jasmani mereka, di dalamnya termasuk mukjizat yang dapat membuat kehidupan mereka nyaman di bumi dan memperoleh banyak kemudahan hidup. Dewasa ini banyak pendeta memperkenalkan diri sebagai penyembuh. Memang mereka tidak secara langsung mengatakan bahwa dirinya yang menyembuhkan penyakit jemaat. Tetapi kesan kuat yang hendak disampaikan kepada jemaat adalah bahwa dirinya memiliki karunia untuk menyembuhkan penyakit. Kesan itu sampai pada pengakuan bahwa pendeta-pendeta itu memiliki hak untuk mendemonstrasikan mukjizat. Bahkan dikesankan secara terselubung, bahwa pendeta itu yang memiliki kuasa. Dalam hal ini, masalahnya bukan hanya terletak pada mukjizat itu sendiri, atau perilaku pendeta tersebut, tetapi atmosfer pengajaran atau pendidikan rohani yang dihadirkan dalam pelayanan tersebut. Atmosfer yang dihadirkan adalah “pemenuhan kebutuhan jasmani”. Memang tubuh sehat atau kesembuhan merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan manusia (Jemaat harus mengusahakannya secara maksimal dengan tanggung jawab). Tetapi jemaat hendaknya tidak lupa bahwa keselamatan dalam Yesus Kristus tidak difokuskan pada hal tersebut. Keselamatan dalam Yesus Kristus berorientasi pada dikembalikannya manusia kepada rancangan Allah semula. Kita percaya bahwa Allah yang menjadi Bapa kita adalah Allah yang memiliki kekuasaan yang tidak terbatas atas alam semesta ini. Sebagai anak-anak Allah, kita pasti memiliki jaminan pemeliharaan Tuhan yang sangat ajaib. Namun ini bukan berarti kita dapat menggunakan kuasa Tuhan sesuka kita sendiri, seakan-akan kita dapat menggunakan kuasa Tuhan kapan saja dan dalam segala hal menurut selera kita sendiri. Ketika seseorang belum dewasa rohani, maka ia berusaha untuk memercayai kuasa Allah dan kadang mengklaimnya seakan-akan memiliki hak untuk menggunakannya. Biasanya, konsep yang dimiliki dalam pikiran mereka mengenai Tuhan adalah bahwa Tuhan menghendaki orang Kristen memercayai kuasa-Nya. Semakin memercayai kuasa Allah, maka mukjizat yang diyakini semakin bisa terjadi. Ini pikiran yang salah dalam kehidupan orang-orang Kristen yang tidak atau belum dewasa. Banyak pendeta mengajarkan sesuatu dari Alkitab, tetapi tidak memerhatikan konteksnya. Seperti mengenai perempuan yang sakit pendarahan dalam Matius 9:20-21 dan Markus 5:25-30. Kata “menjamah” dalam teks aslinya adalah haptomai (ἅπτομαι) yang sebenarnya juga berarti to fasten one’s self to, adhere to, cling to (mengikatkan diri pada, mematuhi, berpegang erat). Perempuan itu memegang erat-erat jubah Tuhan dan meyakini bahwa ia akan sembuh. Dan faktanya, ia memang menjadi sembuh. Namun kasus ini tidak bisa dikenakan kepada semua orang dan dalam situasi yang berbeda. Dari kasus ini juga tidak boleh dipahami bahwa kalau kita percaya atau yakin kepada suatu yang kita harapkan dapat terjadi, maka hal itu benar-benar akan terjadi. Dalam hal ini seakan-akan Allah bisa diatur. Ada beberapa kasus lain yang mengesankan bahwa Allah bisa diatur oleh percaya atau pikiran manusia, seperti misalnya, kisah hamba perwira di Kapernaum (Mat. 8:5-10). Kita harus melihat konteks ayat dan kisah-kisah tersebut...

 Gereja Yang Meleset | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Satu hal yang sangat penting untuk ditegaskan bahwa mukjizat bukanlah tujuan atau goal hidup Kekristenan. Mukjizat hanya sebagai sarana untuk membuktikan bahwa Diri Yesus berasal dari Allah. Itulah sebabnya, dalam beberapa peristiwa ketika Yesus membangkitkan orang mati, Yesus melarang murid-murid-Nya memberitahu peristiwa tersebut kepada orang lain. Untuk mukjizat lain Yesus melakukannya di depan umum, tanpa menutup-nutupinya, tetapi untuk beberapa kasus mukjizat tertentu yang diadakan, Yesus tidak menghendaki masyarakat Yahudi pada waktu itu tahu. Kasus-kasus itu antara lain: menyembuhkan orang yang terkena kusta (Luk. 5:14), membangkitkan orang mati (Luk. 8:56) dan ketika Diri-Nya dimuliakan di atas gunung (Mat. 17:9). Keajaiban dari mukjizat-mukjizat ini akan membuat orang menjadi kagum, dan karena kekaguman tersebut mereka bisa salah memahami maksud kedatangan Yesus ke bumi. Dari hal di atas, jelas sekali maksud Yesus bahwa Ia berusaha membatasi agar tidak banyak orang mengenal bahwa Diri-Nya Mesias (Mat. 12:16; 16:20; Mrk. 3:12; 8:20 dan banyak lagi dalam Injil Lukas). Tetapi khusus kepada Yohanes Pembaptis, Ia menunjukkan bahwa Diri-Nya Mesias, ketika Yohanes Pembaptis ingin ketegasan apakah Yesus adalah Mesias atau mereka harus menunggu yang lain (Mat. 11:2-6). Mengapa Yesus tidak mau dikenal oleh orang banyak bahwa Diri-Nya adalah Mesias? Sebab konsep orang-orang Yahudi mengenai Mesias salah. Yesus tidak menghendaki maksud tujuan Diri-Nya datang ke dunia disalahpahami oleh mereka. Pada waktu itu bangsa Israel sedang menantikan seorang Mesias seperti yang dinubuatkan oleh Kitab Suci. Tidak heran kalau para imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi bisa menjawab pertanyaan Herodes mengenai di mana Mesias akan dilahirkan (Mat. 2:1-5).  Tetapi masalahnya adalah bahwa mereka menginginkan Mesias versi atau model mereka sendiri. Hal tersebut akan menyulitkan Yesus dalam tugas penyelamatan manusia yang telah jatuh dalam dosa. Dalam kasus di atas ini, kita dapat mengerti bahwa Yesus tidak menghipnosis seseorang untuk menerima Dia atau menolak-Nya. Yesus tidak memaksa orang dengan kuasa mukjizat-Nya sehingga dapat mengerti apa yang diajarkan atau membuat orang tidak mengerti apa yang diajarkan. Apakah orang bisa atau mau mengerti, sebaliknya apakah mereka tidak mau mengerti dan menerima yang diajarkan Tuhan Yesus, tergantung individu dan faktor lingkungan; terutama apa yang diajarkan kepada mereka. Itulah sebabnya Yesus harus bertindak bijaksana dengan tidak pamer kuasa mukjizat agar maksud keselamatan yang dikerjakan-Nya tidak terhambat. Hal ini menjadi pelajaran mahal bagi kita sekarang. Kalau gereja salah mengajarkan kebenaran, khususnya dalam konteks ini mengenai mukjizat, maka jemaat bisa salah mengerti maksud kedatangan Yesus ke dunia. Faktanya, hari ini banyak gereja selalu berbicara mengenai mukjizat, sehingga fokus hidup Kekristenannya bergeser dan meleset. Ironisnya, mereka tidak sadar bahwa mereka telah tersesat. Bagi orang-orang Yahudi pada waktu itu, mesias yang mereka ingini adalah mesias yang dapat membebaskan mereka dari penjajahan bangsa Roma. Mereka menginginkan kemerdekaan secara politis. Bangsa Yahudi menginginkan bangsa dan negara mereka mengalami masa kejayaan atau zaman keemasan seperti zaman raja Daud dan Salomo. Tentu saja sosok Mesias yang mereka mimpikan dan mereka butuhkan adalah sosok pahlawan yang memiliki kekuatan ekstra, sehingga dapat memimpin perjuangan melawan Kekaisaran Roma yang pada waktu itu menguasai Palestina. Mereka menantikan seorang “Daud” yang dapat merobohkan “Goliat”. Konsep mesias seperti ini bertentangan dengan konsep Mesias menurut Allah yang misinya dibawa oleh Yesus.  Kalau masyarakat Yahudi pada waktu itu tahu terlalu banyak perbuatan-perbuatan ajaib yang Yesus lakukan, maka perhatian mereka hanya tertuju kepada hal-hal lahiriah. Sehingga mereka dapat semakin buta terhadap maksud tujuan kedatangan Yesus sebagai Mesias ke dunia.

 Mukjizat Dalam Perjanjian Baru | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Bagi umat Perjanjian Baru, mukjizat dilakukan untuk maksud yang berbeda dengan pemberian mukjizat dalam Perjanjian Lama. Tuhan Yesus mengadakan mukjizat sebagai tanda untuk membuktikan bahwa Diri-Nya berasal dari Allah. Jadi, mukjizat diadakan dengan maksud agar bangsa Israel pada zaman penggenapan bisa mendengar kebenaran Injil yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Tanpa mukjizat, sulit bagi bangsa Israel memalingkan diri, membuka telinga untuk mendengar kebenaran Injil yang diajarkan oleh Yesus. Dalam hal ini, kita memperoleh pelajaran bahwa seseorang dapat berpaling untuk mendengar kebenaran Injil bukan karena hipnosis atau cara-cara yang supranatural, tetapi melalui proses natural, yaitu melihat mukjizat. Percakapan antara Yesus dan Nikodemus dalam perjumpaan secara tertutup atau sembunyi-sembunyi menyingkapkan hal tersebut di atas. Dalam percakapannya dengan Tuhan Yesus, Nikodemus menyatakan: “Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.” (Yoh. 3:2). Mukjizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus memaksa seorang teolog Yahudi ini mengakui bahwa Yesus berasal dari Allah. Jadi, sangat mudah dipahami alasan mengapa Yesus mengadakan mukjizat. Jika Yesus tidak mengadakan mukjizat, masyarakat Yahudi pada waktu itu tidak akan mendengar dan memercayai pengajaran Yesus. Mereka hanya tahu bahwa Yesus adalah anak tukang kayu, manusia biasa seperti yang lain, saudara-saudara-Nya juga bersama-sama dengan Dia. Tanpa mukjizat tidak mungkin orang datang untuk mendengar apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Dengan mukjizat yang dilakukan Yesus, maka masyarakat Yahudi berbondong-bondong datang mendengarkan pengajaran-Nya. Segala sesuatu yang diajarkan-Nya itulah Injil, yaitu kebenaran yang dapat mengentaskan manusia dari belenggu kuasa dunia. Kebenaranlah yang memerdekakan (Yoh. 8:31-32) dan yang menguduskan (Yoh. 17:17). Dalam Roma 10:16-17, dikatakan bahwa Injil adalah kuasa Allah yang menyelamatkan.  Dengan penjelasan ini, maka sangatlah jelas bahwa kebenaran Firman atau pengajaran Injil memiliki peran yang sangat penting dalam proses keselamatan. Banyak orang Kristen hanya memahami kuasa darah Yesus yang menyelamatkan, tetapi tidak memahami bagaimana proses keselamatan berlangsung. Proses keselamatan tidak akan berlangsung tanpa kebenaran Injil, karena Injil adalah kuasa Allah yang menyelamatkan (Rm. 1:16-17). Dalam hal ini mukjizat merupakan petunjuk arah, yaitu mengarahkan umat Israel pada zaman itu untuk berpaling kepada Yesus guna mendengar kebenaran. Maka kita harus memahami bahwa kebenaran sangat berperan dalam pertumbuhan rohani jemaat Tuhan.  Mukjizat hanya sebagai petunjuk untuk mengarahkan jemaat kepada Tuhan guna belajar kebenaran yang memerdekakan. Mukjizat bukan tujuan atau goal-nya. Jadi sangat keliru dan menyesatkan kalau mukjizat dijadikan sebagai tujuan atau goal dalam kehidupan orang percaya dan isi utama pelayanan gereja. Ketika mukjizat menjadi tujuan, maka maksud tujuan keselamatan bisa meleset. Dalam hal tersebut, kesalahan pengertian mengenai mukjizat bisa sangat berpotensi membangun kegagalan terwujudnya keselamatan. Di aspek lain, kesalahan pengertian mengenai mukjizat berpotensi besar menimbulkan penyalahgunaan atau manipulasi pelayanan untuk kepentingan yang lain, bukan untuk berita keselamatan. Dalam hal ini, kesalahan tersebut menciptakan kondisi di mana mukjizat menjadi komoditas untuk keuntungan materi dan kebanggaan pribadi. Dunia kita hari ini sungguh sudah sangat gelap, maksudnya bahwa kegelapan bukan hanya di lingkungan orang-orang kafir yang tidak mengenal Allah dengan perbuatan jahat mereka yang bertentangan dengan moral dan etika hukum, tetapi kegelapan juga terjadi dalam lingkungan gereja. Kegelapan ada di dalam lingkungan gereja ketika banyak kepalsuan diajarkan melalui mimbar-mimbarnya. Hal ini bisa terjadi tanpa disadari oleh jemaat yan...

 Bukan Supaya Dihormati | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Tuhan melakukan mukjizat bukan supaya manusia menghormati Dia, sebab Tuhan sudah terhormat dan Tuhan bukan Pribadi yang gila hormat. Lagipula, jika seseorang menghormati Tuhan hanya oleh karena melihat atau mengalami mukjizat, maka sikap hormatnya berkualitas rendah dan itu bukanlah hormat yang diinginkan oleh Tuhan. Sebenarnya, Tuhan juga tidak membutuhkan penghormatan dari manusia atau dari pihak manapun, karena Dia sudah terhormat. Pribadi yang mencari kehormatan dan merasa membutuhkannya adalah pribadi yang tidak dewasa. Allah yang sempurna tidak memiliki karakter atau sifat seperti itu. Orang-orang yang menghormati Allah dengan pemahaman bahwa Allah menuntut penghormatan dari manusia karena Allah mencari dan membutuhkannya, adalah orang-orang yang tidak dewasa. Mereka adalah orang-orang yang berpikir picik dan dangkal. Bisa jadi, karena memang allah yang dikenalnya bukan Allah yang benar, tetapi allah yang picik pula. Jadi, tidak heran kalau umatnya berperilaku demikian. Allah yang diajarkan oleh Alkitab – yaitu Allah yang disembah oleh Abraham, Ishak dan Yakub, yang juga Allah orang percaya- tidaklah demikian. Ada beberapa alasan mengapa Tuhan mengadakan mukjizat bagi bangsa Israel di Perjanjian Lama: Pertama, karena Allah menolong umat-Nya yang tidak berdaya menghadapi musuh atau sedang dalam kesulitan besar dan mereka tidak sanggup keluar dari kesulitan tersebut tanpa campur tangan Allah secara langsung. Allah yang setia, Allah yang sangat memedulikan umat pilihan-Nya. Dalam berbagai penggambaran ditunjukkan bahwa Elohim Yahwe sangat memedulikan bangsa tersebut. Bangsa tersebut disebut sebagai biji mata-Nya. Kalau Elohim Yahwe diibaratkan seorang ibu, Ia tidak akan meninggalkan anak-anak-Nya. Kedua, Tuhan melakukan mukjizat untuk memperkenalkan Diri-Nya kepada umat pilihan-Nya. Dalam hal ini, sebenarnya yang penting bukan mukjizat itu sendiri, tetapi tujuan yang hendak dicapai dengan mukjizat tersebut. Tujuannya adalah agar umat mengenal dengan baik siapakah Allahnya. Di sepanjang perjalanan bangsa Israel di padang gurun, Tuhan selalu memperkenalkan Diri-Nya melalui berbagai mukjizat yang luar biasa. Ketika sudah sampai di tanah Kanaan pun, Allah masih memperkenalkan Diri-Nya agar bangsa Israel mengenal dengan dekat siapa Allah mereka. Semua itu dicatat sebagai dokumen abadi bagi semua manusia, khususnya bagi umat pilihan Perjanjian Baru. Umat pilihan Perjanjian Baru tidak akan mengenal Allah dengan benar tanpa mengetahui dari apa yang tertulis dalam kitab suci Perjanjian Lama. Dalam berbagai pernyataan, sering Tuhan berkata: Akulah TUHAN (Yahwe), Allahmu (Elohimmu), yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Pernyataan tersebut hendak mengingatkan bangsa tersebut bagaimana Allah dengan mukjizat-Nya melepaskan mereka dari kesesakan yang berat. Di mana pada waktu itu mereka tidak sanggup menyelamatkan diri mereka sendiri. Dengan mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya, Elohim Yahwe memperkenalkan Diri kepada umat-Nya. Dengan hal tersebut, mereka tidak memalingkan perhatian mereka kepada dewa-dewa bangsa-bangsa lain. Hal ini dilakukan Allah bagi bangsa Israel yang terbilang masih baru atau belum menjadi bangsa yang dewasa. Ketiga, Allah (Elohim Yahwe) pasti melindungi dan mengawal bangsa Israel, sebab dari bangsa ini suatu hari akan muncul Mesias yang menyelamatkan umat manusia di dunia. Tuhan Yesus sendiri menyatakan bahwa keselamatan datang dari bangsa Yahudi (Yoh. 4:22). Selain itu, bangsa Israel adalah saksi bagi Allah (Elohim Yahwe). Menjadi saksi artinya membuktikan dan menunjukkan bahwa dari sekian banyak allah-allah yang diyakini manusia dan diperkenalkan sebagai allah di antara bangsa-bangsa di dunia, hanya Allah Israel – yaitu Allah Abraham, Ishak, dan Yakub – adalah satu-satunya Allah yang benar.  Israel adalah satu dari dua saksi yang dikemukakan dalam kitab Wahyu selain orang percaya, untuk menunjukkan dan membuktikan Allah yang benar ...

 Bukan Untuk Pamer | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kita menemukan banyak tindakan Tuhan mengadakan mukjizat dalam berbagai peristiwa dan dengan bermacam-macam cara atau bentuk. Mukjizat yang Tuhan lakukan pasti memiliki maksud tertentu. Ia bukan bermaksud hendak pamer kekuatan. Pamer kekuatan mengesankan adanya kuasa atau kekuatan lain dari allah, ilah, dewa, atau tuhan sesembahan tertentu yang seimbang dengan Elohim Yahwe sehingga dapat menandingi-Nya. Dalam hal ini, banyak orang Kristen yang masih berusaha untuk memamerkan kekuatan Elohim Yahwe, Allah Abraham, Ishak dan Yakub serta bermaksud untuk membuktikan kebesaran dan kebenaran-Nya. Tindakan ini adalah tindakan yang bodoh. Justru dengan tindakan ini mengesankan bahwa Allah kita sejajar dengan sesembahan agama lain. Dalam banyak peristiwa, kita jumpai orang-orang Kristen yang menyebut Yesus sebagai pemberi keberhasilan dalam karirnya. Seperti misalnya, seorang artis yang memenangkan sebuah penghargaan atau berprestasi dalam karirnya. Di depan banyak penonton dan masyarakat, artis tersebut mengangkat piala juara atau penghargaannya dengan menyebut Yesus sebagai yang memberi kemenangan atau keberhasilan. Suatu hari kemudian, ketika pemenangnya bukan dirinya tetapi orang lain yang beragama lain dan melakukan hal yang sama, bahwa allah atau tuhannya yang memberikan kemenangan, maka di sini Tuhan kita disamakan atau disejajarkan dengan sesembahan agama lain. Dalam gereja sering kita mendengar kesaksian-kesaksian mengenai pertolongan Tuhan dalam berbagai masalah. Ironisnya, masalah-masalah tersebut juga dialami semua orang di luar gereja. Semua orang di sini artinya bisa orang-orang beragama, tetapi juga orang-orang yang tidak beragama alias ateis. Ternyata, mereka juga bisa menyelesaikan atau memperoleh jalan keluar dari masalah-masalah hidup yang dialami oleh orang-orang Kristen tersebut. Jika demikian, siapa yang menolong dan memberi jalan keluar kepada mereka? Apa perbedaannya dengan orang Kristen? Menyatakan hal tersebut di atas, bukan berarti kita tidak setuju adanya kesaksian-kesaksian para artis di atas. Kita tidak membantah campur tangan Tuhan dalam segala keadaan hidup orang percaya. Kita juga tidak membantah adanya pertolongan Tuhan dalam segala persoalan yang dihadapi orang percaya. Tetapi sekarang ini kita harus sudah mulai menjadi dewasa. Fenomena kesaksian-kesaksian seperti tersebut di atas, beberapa puluh tahun yang lalu, ketika gereja-gereja Tuhan di Indonesia sedang mulai dibangkitkan, bisa diterima dan memang bisa efektif sebagai sarana kesaksian. Sekarang ini dunia sedang menuju akhir perjalanan sejarahnya. Orang percaya harus mulai fokus kepada kesempurnaan atau kehidupan yang tidak bercacat dan tidak bercela. Kita juga harus teliti dan peka terhadap kebangkitan agama di luar Kristen yang semakin giat menjalankan ibadah dan siar agamanya. Mereka berusaha menguasai media untuk menyiarkan kegiatan kerohanian mereka. Di antara yang mereka tampilkan adalah kesaksian dari mukjizat-mukjizat yang mereka bisa demonstrasikan di depan mata masyarakat. Hal itu merupakan usaha untuk membuktikan bahwa allah yang mereka sembah adalah allah yang benar. Kebenaran dan keunggulan allah mereka, mereka coba buktikan dengan kesaksian mengenai mukjizat yang mereka alami. Sudah saatnya orang percaya tidak bertindak bodoh, tetapi cerdas dan bijaksana. Kesaksian-kesaksian spektakuler yang berunsur mukjizat seharusnya tidak lagi menjadi cara kita membuktikan bahwa Allah yang kita sembah benar adanya. Hal ini sama seperti pada zaman aniaya. Orang-orang Kristen teraniaya tanpa daya seakan-akan Allahnya tidak berdaya. Tidak ada mukjizat, tidak ada perbuatan ajaib, bahkan Tuhanpun seakan-akan tidak ada. Tetapi orang percaya tetap dapat membuktikan kebenaran imannya dengan mengenakan gaya hidup Yesus, sehingga mereka mendapat julukan Kristen yang artinya seperti Kristus, Guru mereka. Dengan cara demikian, mereka membuktikan kebenaran Allah dan Tuhan yang...

 Apakah Mukjizat Itu? | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Pada umumnya kata mukjizat dipahami sebagai kejadian yang tidak dapat dimengerti oleh akal pikiran manusia. Kejadian yang berunsur mukjizat ini dihubungkan dengan kekuatan di luar kemampuan manusia, biasanya ditujukan kepada kekuatan Allah. Tetapi juga kadang-kadang dihubungkan dengan kekuatan magis atau kekuatan dari kuasa kegelapan. Mukjizat selalu dikaitkan dengan keadaan mustahil yang tidak bisa dilakukan oleh manusia. Oleh sebab itu kalau manusia menghadapi masalah-masalah pelik yang melampaui kekuatannya, maka manusia mengusahakan mukjizat untuk penyelesaiannya. Di dalam bahasa Inggris kata mukjizat diterjemahkan miracle. Kata miracle sebenarnya dari bahasa Latin miraculum. Kata miraculum berasal dari kata mirari yang artinya to wonder at (ketakjuban atau keheranan kepada sesuatu). Kata mirari berkaitan dengan kata miras artinya menakjubkan, mengherankan, mengejutkan (wonderful). Jadi, mukjizat bertalian dengan hal-hal yang menakjubkan atau mengherankan, sesuatu yang luar biasa atau spektakuler, sehingga mengejutkan bagi yang menyaksikannya. Penjelasan di atas ini sinkron dengan kata mukjizat dalam bahasa Alkitab, yaitu bahasa Ibrani dan Yunani. Dalam bahasa Ibrani, terdapat dua kata yang biasa diterjemahkan sebagai mukjizat dalam Bahasa Indonesia. Pertama, oth (אות) dan kedua adalah mopeth (מופת). Oth artinya tanda (Ing. sign) sedangkan mopeth lebih berarti keajaiban (Ing. wonder). Dalam bahasa Yunani, ada tiga kata yang juga bisa berarti mukjizat. Pertama dunamis (δύναμις) yang artinya selain mukjizat juga berarti tindakan yang dahsyat. Kedua semeion (σημεῖον) yang berarti “tanda” (Ing. sign). Kata semeion juga berarti petunjuk arah. Kata semeion sejajar dengan kata oth dalam bahasa Ibrani. Ketiga, teras (τέρας) yang lebih menunjuk kepada sesuatu yang luar biasa. Kata teras sejajar dengan kata mopeth dalam bahasa Ibrani. Mukjizat adalah kata yang pasti melekat dengan orang-orang beragama, agama apa pun. Justru kata ini akan banyak ditemukan dalam kehidupan orang-orang yang memercayai adanya allah, ilah, dewa, atau tuhan sesembahan yang diyakini memiliki kekuatan-kekuatan ajaib di luar kekuatan manusia yang terbatas. Oleh sebab itu, orang Kristen hendaknya tidak menutup mata terhadap fakta bahwa ternyata mukjizat bukan hanya terdapat dalam kehidupan komunitas Kristen. Justru orang-orang beragama di luar agama Kristen lebih banyak berbicara mengenai mukjizat. Mereka juga ingin menunjukkan bahwa allah, ilah, dewa, atau tuhan sesembahan yang mereka puja adalah sesembahan yang benar. Kekuatan sesembahan mereka yang juga dapat membuat mukjizat dijadikan bukti bahwa sesembahan mereka adalah obyek sesembahan yang benar dan terbaik. Bagi mereka, mukjizat adalah fenomena yang tidak pernah dapat dilepaskan dari kehidupan mereka setiap hari. Mengapa? Sebab fokus hidup manusia pada umumnya adalah kehidupan hari ini, yaitu bagaimana dapat memenuhi segala kebutuhan jasmaninya. Itulah sebabnya, mukjizat adalah fakta yang dianggap dan diharapkan bersifat permanen, artinya bisa berlangsung terus-menerus. Bagi mereka ini adalah kebutuhan utama.  Mengalami mukjizat bagi sebagian mereka atau bisa jadi bagi semua mereka adalah hak yang patut mereka peroleh, sebab mereka memercayai allah, ilah, dewa, atau tuhan sesembahan tersebut. Sebagai kebalikan dari kehidupan orang di luar Kristen, tidak demikian bagi orang percaya. Dalam kehidupan orang percaya, mukjizat tidak boleh dianggap lebih permanen atau lebih penting dari maksud Allah mengubah karakter manusia untuk menjadi segambar dan serupa dengan Diri-Nya. Bagi orang percaya mukjizat hanya tanda, bukan tujuan. Mukjizat menjadi tidak penting ketika seseorang sudah menjadi dewasa rohani, sebab fokus hidup tidak lagi pada pemenuhan kebutuhan jasmani hari ini di bumi, tetapi kehidupan yang akan datang di langit baru dan bumi baru. 

 Bukan Jalan Yang Mudah | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Yesus fantasi dipahami sebagai mengajarkan jalan yang mudah, sebab dengan memercayai Yesus tersebut, mereka menjadi anak kesayangan Bapa. Menjadi anak kesayangan artinya doa-doanya segera terjawab, kalau sakit disembuhkan, jika mengalami persoalan berat segera mendapat jalan keluar, selalu dibela oleh Tuhan dengan menunjukkan kuasa pembelaan-Nya sehingga orang yang memusuhi orang Kristen pasti segera mendapat celaka, dan nanti kalau orang Kristen ini meninggal dunia, maka mati pasti masuk surga. Yesus fantasi adalah Yesus yang selalu memberi kesenangan dalam kehidupan, sehingga hidup ini dapat dijalani dengan nyaman dalam berkat Tuhan yang melimpah. Ini adalah Kekristenan yang diajarkan sebagai jalan mudah. Yesus fantasi yang mengajarkannya. Kekristenan yang diajarkan sebagai jalan mudah dapat mengakibatkan orang Kristen tidak sungguh-sungguh belajar kebenaran Tuhan. Mereka tidak bertumbuh untuk mencapai kesempurnaan yang lebih tinggi. Hal ini dapat menimbukan kepuasan rohani yang membuat seseorang menjadi sombong, sebab merasa bahwa dirinya tidak perlu membenahi diri lagi. Orang Kristen yang merasa puas dengan hidup kerohaniannya pasti mengingini harta duniawi. Hidup mereka akan digerakkan oleh satu keinginan ke keinginan lain. Akhirnya mereka tidak mampu lagi membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Apa yang mereka pandang sebagai kebutuhan sebenarnya adalah citra diri atau pencitraan, prestis, harga diri dan keangkuhan hidup. Dengan keberhasilan secara duniawi tersebut, mereka berpikir dapat memuliakan Tuhan Yesus dan menjadi saksi-Nya. Pada umumnya mereka tidak menyadari kesesatan ini. Inilah dahsyatnya Yesus fantasi menyesatkan orang Kristen. Sesungguhnya Kekristenan adalah jalan salib, bahwa mengikut Tuhan Yesus harus berani menderita. Penderitaan tersebut dikarenakan pergumulan untuk menjadi sempurna atau serupa dengan Yesus. Selanjutnya hidup dalam pengabdian kepada Tuhan sepenuhnya. Ini berarti menjadi pengikut Yesus harus hidup hanya bagi Tuhan saja. Kehidupannya hanya diisi untuk membela pekerjaan Tuhan tanpa batas. Orang percaya yang benar tidak hidup untuk dirinya sendiri. Tuhan Yesus sendiri menyatakan bahwa jalan menuju kehidupan adalah jalan yang sempit, sesak dan sedikit orang yang masuk melaluinya. Ini adalah jalan yang tidak disukai orang karena menyakitkan. Tetapi sesungguhnya inilah jalan kebenaran dalam Tuhan Yesus Kristus, yaitu jalan sampai kepada Bapa. Oleh sebab itu kita harus menentang keras kalau ada yang mengajarkan bahwa mengikut Yesus adalah jalan yang mudah. Kepada jemaat Tuhan harus ditegaskan berulang-ulang bahwa mengikut Yesus yang sejati berarti jalan dalam pergumulan memikul salib yang tidak pernah usai sampai menutup mata. Memikul salib artinya hidup dalam penyangkalan diri demi dapat melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Yesus yang sejati menekankan pengikut-Nya untuk memikul salib sebagai syarat mutlak yang harus dipenuhi tanpa membantah; artinya harus menerima dengan sukacita.  Salib berarti satu-satunya tanda pengiringan yang benar terhadap Tuhan Yesus. Pengiringan itu adalah bagaimana kita meneladani gaya hidup-Nya, gaya hidup melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Tanpa ciri-ciri ini berarti seseorang bukan pengikut Yesus. Sekalipun dia seorang Kristen, ia adalah Kristen tanpa Yesus yang sejati, Kristen hanya dengan Yesus fantasi. Sebagaimana Yesus telah berhasil mencapai kesempurnaan, sehingga Ia dapat menjadi pokok keselamatan bagi orang yang taat kepada-Nya, maka setiap orang percaya juga harus menang seperti Dia. Salib adalah tanda dari kehidupan orang percaya yang normal dan benar. Kekristenan tanpa salib adalah Kekristenan yang palsu. Dengan demikian mutlak bagi setiap orang Kristen untuk memikul salib.

 Tidak Diterima Oleh Lingkungannya | File Type: audio/mpeg | Duration: Unknown

Dalam pikiran banyak orang Kristen terdapat pandangan bahwa kalau menjadi Kristen yang sejati, maka di mana pun akan selalu mudah diterima orang, sehingga akan sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan. Mereka berpikir bahwa Tuhan Yesus mengajarkan demikian. Faktanya sebenarnya tidak. Tuhan Yesus mengatakan bahwa musuh orang bisa seisi rumahnya. Jangankan orang lain, seisi rumahnya pun bisa memusuhinya. Mengapa demikian? Sebab pengajaran yang diberikan oleh Tuhan Yesus di dalam Injil banyak yang bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh dunia. Kehidupan Tuhan Yesus sendiri adalah kehidupan yang dianggap bertentangan dengan kehidupan manusia di sekitarnya. Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Paulus menyatakan pernyataan ini: Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus (Gal. 1:10). Orang yang menuruti Injil yang sejati bisa tidak diperkenan manusia. Kehidupan orang percaya harus meneladani kehidupan Tuhan Yesus, tanpa kompromi dengan siapa pun. Dalam hal ini bisa terjadi benturan antara orang percaya yang sungguh-sungguh hendak mengikut jejak-Nya dengan orang-orang di sekitarnya. Selalu saja akan ditemukan benturan yang terjadi antara konsep hidup pengikut Yesus sejati dengan pengikut Yesus palsu dan orang-orang di luar Kristen. Tetapi yang paling menyakitkan justru dari orang-orang Kristen yang tidak memahami integritas sebagai pengikut Yesus. Mereka tidak memiliki integritas tersebut disebabkan karena mereka tidak mengenal Yesus yang sejati. Mereka mengenal Yesus fantasi yang tidak memiliki integritas Bapa di surga. Perbedaan itu menyangkut berbagai aspek, seperti misalnya mengenai kesempurnaan. Orang Kristen yang memiliki Yesus fantasi berpikir bahwa orang Kristen hendaknya tidak terlalu fanatik atau ekstrem dalam kesucian hidup.  Bagi mereka manusia di bumi tidak mungkin dapat sempurna. Mereka setuju untuk hidup baik melakukan hukum dan tidak merugikan sesama, tetapi kalau harus hidup dalam kesempurnaan seperti Bapa, mereka menganggapnya sebagai tidak realistis. Orang Kristen yang memiliki Yesus sejati yang merindukan dan terus berjuang untuk sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus dianggap sebagai kesombongan. Pada akhirnya orang Kristen yang memiliki Yesus yang sejati ini dianggap sebagai ancaman bagi mereka dengan Yesus fantasinya. Orang Kristen dengan Yesus yang sejati mengarahkan hidupnya hanya untuk mewarisi Kerajaan Surga yang akan datang dan menetap di langit baru dan bumi yang baru. Mereka berusaha untuk dapat menghayati hidup kemusafirannya di bumi, bahwa hidup di bumi hanya menumpang. Hidup di bumi hanya untuk persiapan dilayakkan menjadi anggota keluarga Kerajaan dan layak menjadi mempelai Yesus. Sebaliknya, orang Kristen dengan Yesus fantasinya merasa cukup puas dengan menjadi orang baik yang dapat hidup dengan tenang menikmati semua fasilitas mereka miliki. Mereka merasa tidak terlalu perlu terobsesi dengan Kerajaan Surga dengan langit baru dan bumi baru. Mereka menganggap memikirkan kehidupan di langit baru bumi baru membangun abnormalitas kehidupan dan mengancam kesejahteraan hidup di bumi sekarang ini. Mereka yang memiliki Yesus fantasi tanpa sadar memandang Yesus yang sejati, yang diajarkan Injil di dalam Alkitab Perjanjian Baru yang dikenal oleh orang Kristen yang benar, sebagai Yesus yang aneh. Mereka menuduh orang Kristen yang benar tersebut sebagai memiliki Yesus yang lain, padahal justru mereka yang tidak mengenal kebenaran tersebut yang memiliki “Yesus yang lain”. Sangat menyedihkan, banyak orang Kristen yang sebenarnya tersesat dengan Yesus fantasi mereka. Tetapi mereka tidak menyadarinya. Mereka sedang menjadi mangsa kuasa kegelapan.

Comments

Login or signup comment.