Gereja Yang Meleset




Truth Daily Enlightenment show

Summary: Satu hal yang sangat penting untuk ditegaskan bahwa mukjizat bukanlah tujuan atau goal hidup Kekristenan. Mukjizat hanya sebagai sarana untuk membuktikan bahwa Diri Yesus berasal dari Allah. Itulah sebabnya, dalam beberapa peristiwa ketika Yesus membangkitkan orang mati, Yesus melarang murid-murid-Nya memberitahu peristiwa tersebut kepada orang lain. Untuk mukjizat lain Yesus melakukannya di depan umum, tanpa menutup-nutupinya, tetapi untuk beberapa kasus mukjizat tertentu yang diadakan, Yesus tidak menghendaki masyarakat Yahudi pada waktu itu tahu. Kasus-kasus itu antara lain: menyembuhkan orang yang terkena kusta (Luk. 5:14), membangkitkan orang mati (Luk. 8:56) dan ketika Diri-Nya dimuliakan di atas gunung (Mat. 17:9). Keajaiban dari mukjizat-mukjizat ini akan membuat orang menjadi kagum, dan karena kekaguman tersebut mereka bisa salah memahami maksud kedatangan Yesus ke bumi.<br> Dari hal di atas, jelas sekali maksud Yesus bahwa Ia berusaha membatasi agar tidak banyak orang mengenal bahwa Diri-Nya Mesias (Mat. 12:16; 16:20; Mrk. 3:12; 8:20 dan banyak lagi dalam Injil Lukas). Tetapi khusus kepada Yohanes Pembaptis, Ia menunjukkan bahwa Diri-Nya Mesias, ketika Yohanes Pembaptis ingin ketegasan apakah Yesus adalah Mesias atau mereka harus menunggu yang lain (Mat. 11:2-6). Mengapa Yesus tidak mau dikenal oleh orang banyak bahwa Diri-Nya adalah Mesias? Sebab konsep orang-orang Yahudi mengenai Mesias salah. Yesus tidak menghendaki maksud tujuan Diri-Nya datang ke dunia disalahpahami oleh mereka. Pada waktu itu bangsa Israel sedang menantikan seorang Mesias seperti yang dinubuatkan oleh Kitab Suci. Tidak heran kalau para imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi bisa menjawab pertanyaan Herodes mengenai di mana Mesias akan dilahirkan (Mat. 2:1-5).  Tetapi masalahnya adalah bahwa mereka menginginkan Mesias versi atau model mereka sendiri. Hal tersebut akan menyulitkan Yesus dalam tugas penyelamatan manusia yang telah jatuh dalam dosa.<br> Dalam kasus di atas ini, kita dapat mengerti bahwa Yesus tidak menghipnosis seseorang untuk menerima Dia atau menolak-Nya. Yesus tidak memaksa orang dengan kuasa mukjizat-Nya sehingga dapat mengerti apa yang diajarkan atau membuat orang tidak mengerti apa yang diajarkan. Apakah orang bisa atau mau mengerti, sebaliknya apakah mereka tidak mau mengerti dan menerima yang diajarkan Tuhan Yesus, tergantung individu dan faktor lingkungan; terutama apa yang diajarkan kepada mereka. Itulah sebabnya Yesus harus bertindak bijaksana dengan tidak pamer kuasa mukjizat agar maksud keselamatan yang dikerjakan-Nya tidak terhambat.<br> Hal ini menjadi pelajaran mahal bagi kita sekarang. Kalau gereja salah mengajarkan kebenaran, khususnya dalam konteks ini mengenai mukjizat, maka jemaat bisa salah mengerti maksud kedatangan Yesus ke dunia. Faktanya, hari ini banyak gereja selalu berbicara mengenai mukjizat, sehingga fokus hidup Kekristenannya bergeser dan meleset. Ironisnya, mereka tidak sadar bahwa mereka telah tersesat.<br> Bagi orang-orang Yahudi pada waktu itu, mesias yang mereka ingini adalah mesias yang dapat membebaskan mereka dari penjajahan bangsa Roma. Mereka menginginkan kemerdekaan secara politis. Bangsa Yahudi menginginkan bangsa dan negara mereka mengalami masa kejayaan atau zaman keemasan seperti zaman raja Daud dan Salomo. Tentu saja sosok Mesias yang mereka mimpikan dan mereka butuhkan adalah sosok pahlawan yang memiliki kekuatan ekstra, sehingga dapat memimpin perjuangan melawan Kekaisaran Roma yang pada waktu itu menguasai Palestina. Mereka menantikan seorang “Daud” yang dapat merobohkan “Goliat”.<br> Konsep mesias seperti ini bertentangan dengan konsep Mesias menurut Allah yang misinya dibawa oleh Yesus.  Kalau masyarakat Yahudi pada waktu itu tahu terlalu banyak perbuatan-perbuatan ajaib yang Yesus lakukan, maka perhatian mereka hanya tertuju kepada hal-hal lahiriah. Sehingga mereka dapat semakin buta terhadap maksud tujuan kedatangan Yesus sebagai Mesias ke dunia.