Roh Yang Bersaksi




Truth Daily Enlightenment show

Summary: Paulus menulis dalam Roma 8:15-16: Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!”. Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Siapa atau apa yang dimaksud dengan roh di dalam ayat ini? Pada umumnya orang memahami kata roh di sini adalah Roh Kudus. Hal ini didasarkan pada penulisan kata Roh menggunakan huruf R besar dalam Alkitab Bahasa Indonesia. Ini adalah pandangan yang bisa tidak tepat. Dalam teks aslinya sebenarnya huruf kecil. Roh di sini sebenarnya menunjuk roh dalam artinya gairah, spirit atau hasrat hasil dari perjalanan dipimpin oleh Roh Kudus. Roh ini tidak pernah ada di dalam kehidupan orang yang tidak mengalami pimpinan Roh Kudus, sebab orang yang tidak mengalami pimpinan Roh Kudus tidak pernah memiliki cara berpikir (phroneo) Kristus, yang adalah juga cara berpikir Yesus sendiri.<br> Untuk menjawab siapa atau apa yang dimaksud dengan roh di dalam ayat ini, kita harus memahami pengertian kata “bersaksi” dalam ayat ini. Dalam teks aslinya adalah summartureo (συμμαρτυρέω), kata ini berarti to bear witness with (bersama menjadi saksi dengan). Kata summartureo juga berarti to confirm (memberi konfirmasi, memastikan, menegaskan, mempertegas dan membenarkan). Kata bersaksi di sini artinya memberi bukti, sebagaimana tugas seorang saksi di pengadilan membuktikan kebenaran suatu perkara. Roh yang dihasilkan dari perjalanan hidup dipimpin Roh Kudus menjadi saksi apakah seseorang layak memanggil Allah sebagai Bapa atau tidak. Orang yang hidup menurut roh tersebut layak memanggil Allah sebagai Bapa, sebaliknya orang yang masih ada di dalam roh perbudakan tidak layak memanggil Allah sebagai Bapa. Kata “roh perbudakan” (pneuma douleias) sebenarnya juga berarti the condition of a slave (kondisi atau situasi hidup dalam perbudakan). Selama orang masih memiliki kondisi atau dalam situasi hidup dalam perbudakan, panggilannya kepada Allah (Theos) sebagai Bapa belumlah ideal atau belumlah sah menjadi anak Allah.<br> Roh tersebut menjadi saksi dalam batin setiap individu bahwa dirinya sudah menjadi anak Allah. Jika tidak demikian, maka dirinya tidak memiliki saksi sebagai bukti bahwa dirinya layak disebut anak Allah. Jadi, orang percaya harus berjuang untuk keluar dari hasrat atau gairah perbudakan (hidup dalam daging dan dalam percintaan dunia). Roh Kudus menuntun orang percaya untuk menghalau roh perbudakan yang diwarisi dari nenek moyang dan lingkungan dengan mengajarkan atau menumbuhkan roh yang baru dalam kehidupan orang percaya. Jika roh itu dilahirkan atau dihasilkan dan orang percaya hidup menurut roh tersebut, maka roh itu menjadi saksi bahwa orang percaya tersebut layak memanggil Allah sebagai Bapa atau layak disebut sebagai anak-anak Allah.<br> Jadi roh itu menjadi evaluasi dan mendatangkan penilaian jujur yang menyatakan bahwa dirinya adalah anak Allah. Roh itu memberi konfirmasi artinya dengan adanya roh itu dalam kehidupan kita maka dipastikan, ditegaskan, dibenarkan bahwa kita adalah anak-anak Allah. Terkait hal ini, hendaknya tidak mudah bagi seseorang untuk mengaku diri sebagai anak Allah hanya karena merasa sudah percaya kepada Tuhan Yesus dan gereja sudah menyatakan bahwa dirinya adalah anak Allah. Selama ini dengan sembarangan gereja mengesahkan semua orang yang masuk ke dalam gereja sebagai orang-orang yang sudah menjadi anak-anak Allah, dan mereka boleh meyakini diri mereka pasti masuk surga. Padahal mereka belum sungguh-sungguh berkeadaan sebagai anak Allah yang hidup menurut roh. Ini menjadi penyesatan yang memarkir jemaat di dunia, yang akhirnya tergiring ke dalam api kekal. Mereka tidak memiliki perjuangan untuk hidup dalam pimpinan Roh Kudus untuk memiliki roh yang memuat gairah, spirit dan hasrat-Nya. Oleh sebab itu, kita harus mengoreksi diri dengan jujur: Apakah gairah di dalam diri kita adalah gairah duniawi yang sama...