Kerajaan Manusia




Truth Daily Enlightenment show

Summary: Dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, betapa sentralnya peran seorang pendeta dalam pelayanan bagi jemaatnya, khususnya di gereja-gereja kharismatik dan Pentakosta. Dalam gereja-gereja yang sistem organisasinya otonomi, pemimpin gereja lokal atau gembala jemaat lokal berpotensi atau memiliki peluang sangat besar mengatur dengan bebas gerejanya tanpa diatur dan dikontrol secara ketat oleh kantor sinode. Seorang pemimpin jemaat lokal atau gembala jemaat lokal dapat mengatur gerejanya sesukanya dan berkhotbah sesuai dengan apa yang dipandangnya benar. Keadaan ini menempatkan seorang pemimpin gereja tersebut seperti “raja” kecil dalam suatu komunitas.<br> Kalau tidak berhati-hati, bisa-bisa gembala jemaat tersebut dapat menggantikan posisi dan peran Gembala Agung, Tuhan Yesus. Dan faktanya fenomena seperti ini telah terjadi. Jika hal ini terjadi, maka jemaat tidak pernah mengenal kebenaran dan tidak dipersiapkan menjadi mempelai Tuhan Yesus. Harus selalu diingat bahwa pemimpin gereja lokal atau gembala jemaat hanyalah pelaksana tugas yang diberikan oleh Gembala Agung. Pemimpin gereja yang sesungguhnya dan Gembala jemaat yang sesungguhnya adalah Tuhan Yesus. Gembala jemaat lokal yang melakukan pelayanan harus dalam kontrol Tuhan Yesus secara penuh dan mutlak dan dalam kesadaran penuh bahwa gereja dan jemaat adalah milik Tuhan.<br> Jika gembala jemaat menggantikan peran dan posisi Gembala Agung, maka gereja menjadi kerajaannya, keluarga pendeta adalah keluarga bangsawan yang dilayani dan memiliki hak-hak istimewa di dalam komunitas tersebut. Biasanya keuangan dikuasai oleh keluarga pendeta, menjadi jaminan hidup pendeta dan keluarganya. Memang keluarga pendeta berhak hidup dari uang persembahan jemaat, tetapi keadaan tersebut memberi potensi terjadi penyalahgunaan uang gereja untuk kepentingan pribadi.  Jadi, hal tersebut merupakan suatu kondisi yang berbahaya untuk pendeta dan keluarganya. Biasanya pendeta-pendeta seperti ini sangat sering berbicara mengenai persembahan dan persepuluhan. Tidak jarang disertai dengan ancaman kutuk dan penghukuman bagi mereka yang tidak memberi persembahan dan persepuluhan. Memang, jemaat harus diajar untuk mengembalikan milik Tuhan, tetapi milik Tuhan bukan milik pendeta atau gereja. Seharusnya penjelasan dan anjuran untuk mengembalikan milik Tuhan, tidak harus disertai dengan ancaman atau janji pelipatgandaan.<br> Biasanya gereja seperti itu memiliki hukum yang wajib dilaksanakan, yaitu penerus penggembalaan atau kepemimpinan dalam gereja adalah pasangan hidup, anak atau yang memiliki hubungan darah dengan pemimpin atau gembala gereja tersebut tanpa melihat panggilan mereka dan potensinya. Dalam hal ini sistem dinasti diterapkan, gereja telah melembaga menjadi kerajaan atau perusahaan keluarga. Biasanya gereja seperti ini akan menyingkirkan orang-orang berpotensi yang dianggap menjadi kompetitor bagi diri gembala jemaat dan keluarganya. Gembala jemaat seperti ini akan merasa terancam dengan kehadiran orang-orang potensial yang merebut hati jemaat. Jadi, tidak heran kalau mereka tidak diberikan peluang atau kesempatan melayani, bahkan bila mungkin dapat disingkirkan secepatnya.<br>  <br> Walaupun sinode memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, tetapi kontrol kepada masing-masing gereja tidaklah mudah. Apalagi mengontrol pengajarannya atau sisi khotbahnya. Tidak sedikit sinode gerejanya sendiri juga tidak memiliki dasar teologi yang cukup, sehingga pejabat-pejabatnya bisa memiliki pengajaran masing-masing. Dari sini sering terjadi munculnya berbagai pengajaran yang tidak sesuai Injil, sehingga tidak membawa jemaat kepada maksud keselamatan diberikan. Sebagai akibatnya banyak jemaat yang tidak siap bertemu dengan Tuhan.<br> Maksud tulisan ini agar jemaat berhati-hati terhadap gereja yang hanya memperdaya orang Kristen, bukan untuk kepentingan Tuhan dan tidak dipersiapkan bertemu dengan Tuhan. Masalah intinya, gereja seperti itu bukanlah “pesawat Tuhan” yang menerbangkan jemaat...