Jiwa Musafir Dan Pelayanan




Truth Daily Enlightenment show

Summary: Seseorang tidak pernah dapat melayani Tuhan tanpa mengerti apa tujuan pelayanan itu. Untuk mengerti inti tujuan pelayanan seseorang harus memahami inti rencana agung Tuhan. Maksud rencana agung Tuhan adalah menciptakan dunia yang indah dan menempatkan manusia sebagai pengelolanya (Kej. 1-2). Inilah sebenarnya kehendak Sang Khalik langit dan bumi, Tuhan semesta alam. Tuhan adalah seniman agung yang menikmati hasil karya-Nya, maka ia dapat menilai ciptaan-Nya sungguh amat baik (Kej. 1:31). Ia tidak mungkin dapat mengatakan “baik”, kalau Ia tidak menikmatinya. Dalam hal ini ternyata Tuhan juga pribadi penikmat yang memiliki nilai-nilai estetika.<br> Kejatuhan manusia dalam dosa merusak rencana Tuhan dan keindahan ciptaan-Nya. Manusia terpisah dari Tuhan dan bumi terhukum (Kej. 3:1-24; Rm. 3:23). Manusia binasa dan bumi mengalami penurunan grafik kemakmuran, kenyamanan dan keindahan yang akhirnya nanti hancur (2Ptr. 3:10-11). Bumi yang kita diami ini atau bahkan mungkin gugusan Bima Sakti, galaksi di mana planet Bumi berada, suatu hari pasti menjadi lautan api.  Dalam hal ini bukan berarti rencana Allah gagal. Allah tidak pernah gagal dengan apa yang direncanakan (Ayb. 42:2). Tetapi rencana Allah tertunda. Tuhan tetap melaksanakan rencana dan kehendak-Nya tersebut. Tuhan bermaksud menciptakan bumi lain, yaitu langit baru dan bumi yang baru (Yoh. 14:1-3; Why. 21). Inilah proyek akbar dan kekal yang dimiliki oleh Tuhan semesta alam yang harus dipahami oleh setiap umat pilihan. Tidak memahami hal ini, seorang anak Allah, bahkan seorang rohaniwan besar manapun, tidak pernah menjadi manusia yang rohani.<br> Tuhan memilih orang-orang yang menerima anugerah-Nya untuk menempati bumi itu dan memerintah masyarakatnya (Luk. 22:28-30). Jadi pada intinya, panggilan sebagai umat pilihan adalah panggilan untuk menempati langit baru dan bumi yang baru. Panggilan ini pertama diterima oleh Abraham (Kej. 12:1-9; Ibr. 11:8-16). Kekristenan adalah perjalanan untuk belajar menjadi umat Tuhan yang layak bagi Dia agar dapat menerima warisan langit baru dan bumi yang baru tersebut yaitu menjadi anggota keluarga Kerajaan dan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Itulah sebabnya setiap orang percaya harus mengalami pemuridan (Mat. 28:19-20). Pemuridan ini sama dengan pendewasaan rohani yang membuat umat hidup tidak bercacat dan tidak bercela. Oleh sebab itu betapa berharganya panggilan yang Tuhan berikan. Panggilan yang tidak dimiliki oleh orang-orang sebelum zaman Yesus, padahal mereka merindukannya (Luk. 10:23-24). Panggilan ini pasti bukan sesuatu yang sederhana. Pasti ini lebih dari sekadar pemenuhan kebutuhan jasmani, sebab kalau mengenai pemenuhan kebutuhan jasmani, umat Perjanjian Lama lebih makmur dari umat Perjanjian Baru.<br> Dunia dengan segala keindahannya diciptakan Tuhan untuk manusia. Kita harus dapat menikmatinya tetapi tidak boleh diperbudak olehnya. Untuk ini orang harus menyangkal diri. Menyangkal diri artinya menolak semua filosofi hidup manusia pada umumnya dan mengenakan filosofi kehidupan anak-anak Allah (1Ptr. 1:18-19). Filosofi hidup manusia pada umumnya adalah hidup hanya untuk menikmati dunia ini sebagai hal yang utama. Kalau orang sudah menjadikan kenikmatan hidup sebagai hal yang utama, justru ia tidak dapat menikmati keindahan dunia yang diciptakan Tuhan. Tetapi sebaliknya, ketika seseorang melepaskan diri dari belenggu “menjadikan kenikmatan dunia sebagai hal utama”, maka justru ia dapat menikmati dunia ini dengan benar. Sementara ia hidup, pikirannya hanya ditujukan untuk mewarisi langit baru dan bumi yang baru.<br> Untuk panggilan mewarisi langit baru dan bumi yang baru, orang percaya harus belajar melepaskan diri dari segala ikatan. Pertama ikatan dosa, hal ini menyangkut karakter kita yang belum seperti Tuhan kehendaki. Dalam hal ini orang percaya harus sempurna seperti Bapa. Dan yang kedua adalah belenggu dengan keindahan dunia. Belenggu keindahan dunia, sama dengan percintaan dunia.