Sikap Terhadap Fakta Keunikan Individu




Truth Daily Enlightenment show

Summary: Kita harus merenungkan bahwa tidak ada dua orang yang sama di jagad raya ini, itu berarti Tuhan menciptakan setiap individu sangat khusus. Masing-masing individu diciptakan Tuhan dalam keadaan yang unik dan istimewa. Hal itu harus diterima sebagai hal yang luar biasa.  Hal ini, jika dihayati dengan benar, akan membangkitkan kekaguman terhadap Tuhan. Terkait dengan hal ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan:<br> Pertama, hendaknya kita tidak membandingkan diri kita dengan orang lain. Sebab memang masing-masing individu tidak ada bandingannya. Karena setiap individu berkeadaan unik dan istimewa, maka tidak bisa dibandingkan dengan individu lain, siapa pun. Orang yang membandingkan dirinya dengan orang lain adalah orang yang tidak mengerti dan tidak menerima kebesaran serta keagungan Tuhan yang menciptakan setiap individu dengan keunikan dan keistimewaannya sendiri. Bila seseorang memahami hal ini, maka ia juga tidak menjadi sombong dan merasa lebih dari orang lain, walaupun memiliki keberadaan yang secara umum dipandang lebih dari orang lain. Dengan kesadaran ini, maka ia juga mengakui bahwa setiap orang memiliki keistimewaan masing-masing. Jika demikian, maka ia tidak akan memandang rendah orang lain.<br> Kesadaran bahwa Tuhan menciptakan setiap individu sangat unik dan istimewa, akan membuat kita tidak akan menghina orang lain. Tindakan merendahkan atau menghina orang lain ini, merupakan penghinaan kepada Tuhan yang telah memberikan porsi masing-masing dengan bijaksana. Dengan menyadari kebenaran ini, kita juga tidak menjadi rendah diri atau minder kalau keadaan diri kita berbeda dengan orang lain. Berbeda bukan berarti selalu lebih rendah atau lebih tinggi, lebih baik atau lebih buruk. Karena ukuran yang dikenakan manusia pada umumnya adalah salah, maka banyak orang di satu pihak merasa lebih dari orang lain dan menjadi sombong, tetapi di pihak yang lain menjadi rendah diri atau minder. Kompensasi orang minder itu bermacam-macam, ada yang makin sombong, tetapi ada yang semakin tidak memiliki keyakinan diri. Orang seperti ini tidak memiliki integritas.<br> Kedua, hendaknya kita tidak berusaha menjadikan diri kita seperti orang lain. Apa yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah proses meniru. Dari generasi ke generasi proses ini berlangsung secara otomatis. Pola pikir dan gaya hidup seseorang pada umumnya meniru apa yang sudah dilakukan orang sebelumnya dan apa yang dilihat dari lingkungannya. Ini yang disebut oleh Petrus sebagai cara hidup yang diwariskan oleh nenek moyang (1Ptr. 1:18-19). Inilah proses membangun gambar diri yang yang salah. Setiap kita harus menjadi seperti yang Tuhan kehendaki, sebab kita masing-masing adalah orisinal, oleh sebab itu hendaknya tidak menjadi salinan. Setiap kita dilahirkan orisinal sesuai dengan rancangan khusus Tuhan, jangan mati sebagai salinan. Salinan artinya tidak menjadi seperti yang Allah rancang. Oleh sebab itu, kita harus tetap dalam pembentukan Tuhan yang memberi kita keadaan khusus, sampai kita menjadi bejana seperti yang Tuhan kehendaki (Yer. 18:4). Tuhan memandang dapat menjadi seperti apa kita kelak (Yoh. 1:42).<br> Ketiga, hendaknya kita menemukan tempat kita untuk mengabdi kepada Tuhan. Hal ini bertalian dengan bakat yang Tuhan berikan kepada kita masing-masing. Oleh sebab itu, setiap orang menemukan pemberian khusus yang Tuhan berikan agar ia dapat mengembangkannya. Dengan demikian ia mengabdi kepada Tuhan, sebab dengan mengembangkan pemberian khusus dan mempersembahkan bagi kepentingan bersama itulah ibadah yang sejati. Tuhan Yesus mengatakan dalam Yohanes 4:34. Kata Yesus kepada mereka: Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Kata menyelesaikan adalah teleioso, dalam bahasa Inggris diterjemahkan to fullfil atau finish. Dalam Bahasa Indonesia berarti menyelesaikan atau menyempurnakan.<br> Keistimewaan yang Tuhan berikan kepada kita harus kita syukuri,