Misi Dan Panggilan




Truth Daily Enlightenment show

Summary: Dalam lingkungan aktivitas gereja, sering kita mendengar kata “pelayanan”. Kata ini menjadi lebih populer di kalangan gereja-gereja kharismatik dewasa ini. Tetapi sayang sekali, banyak orang yang tidak memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan pelayanan itu. Banyak orang yang mewarisi konsep pelayanan yang belum tentu benar dari pendahulu-pendahulunya. Pada umumnya yang dimengerti sebagai melayani adalah melakukan pekerjaan gerejani, seperti berkhotbah, memimpin puji-pujian, mengajar sekolah Minggu, mengorganisir kegiatan pemuda-remaja, bermain musik dan aktivitas lain yang ada di lingkungan gereja atau yang juga sering disebut sebagai kegiatan rohani.<br> Karena konsep tersebut, maka banyak orang belajar “teknik-teknik pelayanan” berkenaan dengan kegiatan gereja tersebut, kemudian merasa layak melayani pekerjaan Tuhan atau menjadi pelayan Tuhan. Kalau pelayanan hanya dipahami sebatas itu, maka itu tidak tepat benar. Kegiatan-kegiatan tersebut hanyalah bagian dari sebuah bangunan pelayanan besar dan luas. Sebagai akibat dari pandangan yang salah tersebut, banyak orang berpikir bahwa kegiatan yang tidak bersangkut paut dengan program kegiatan gereja bukanlah pelayanan. Sebagai akibatnya pula terdapat beberapa sikap yang salah dalam lingkungan gereja, sikap itu antara lain: hanya orang yang disahkan oleh sinode sebagai pejabat gereja yang dapat diakui sebagai pelayan Tuhan dan melayani pekerjaan-Nya. Dengan konsep ini banyak orang Kristen yang tidak mengenal identitas dan statusnya di hadapan Tuhan yang menebusnya, yaitu identitas dan statusnya sebagai “pelayan Tuhan”. Seharusnya setiap orang yang telah ditebus oleh darah Yesus harus menyadari bahwa mereka bukan lagi milik mereka sendiri (1Kor. 6:19-20), bahwa mereka telah dimerdekakan dari perbudakan dosa sebagai hamba dosa dan sekarang menjadi pelayan Tuhan. Dengan demikian jelaslah, bahwa setiap orang percaya terpanggil untuk melayani Tuhan.<br> Sekarang kita harus mulai membongkar tembok pemisah antara imam dan awam, pendeta dan jemaat, pelayan Tuhan dan bukan pelayan Tuhan. Kalau bukan pelayan Tuhan, pelayan siapa? Kalau bukan pelayan Tuhan, tentulah pelayan Setan. Padahal Alkitab mengatakan bahwa semua orang yang telah ditebus oleh darah Tuhan Yesus, bukan milik mereka sendiri, tetapi telah menjadi milik Tuhan. Mereka harus hidup untuk kemuliaan Tuhan (1Kor. 6:19-29). Mereka yang telah menerima korban Tuhan Yesus, harus telah mati bagi dirinya sendiri, tetapi hidup bagi kepentingan Tuhan (2Kor. 5:14-15). Ini berarti setiap anak Allah adalah pelayan Tuhan, setiap orang yang telah ditebus oleh darah Yesus adalah pelayan-pelayan-Nya.<br> Pembedaan dua kelompok di atas menciptakan dualisme. Satu sisi ada hukum dan standar moral yang diberlakukan untuk kelompok yang dikategorikan sebagai pelayan Tuhan, sisi lain ada hukum atau standar moral yang diberlakukan bagi kelompok yang tidak dianggap sebagai pelayan Tuhan. Ini diskriminasi dalam gereja yang sangat tidak Alkitabiah. Semua orang percaya memiliki hukum dan standar yang sama. Tentu seorang yang dipanggil untuk sebagai pelayan jemaat, diharapkan memiliki standar moral yang lebih tinggi sehingga dapat menjadi teladan bagi jemaat. Paulus berkata: Ikutilah teladanku (Flp. 3:17). Perbuatan dan seluruh perilaku seorang pelayan jemaat haruslah menjadi pola dengan mana jemaat membangun diri mereka.<br> Pekerjaan Tuhan yang luas tidak dapat dikerjakan hanya oleh mereka yang telah disahkan sinode sebagai pejabatnya, tetapi setiap anggota jemaat yang tidak memiliki jabatan dari sinode atau gereja pun harus melayani Tuhan, untuk menggenapi rencana Allah yang agung di atas muka bumi. Dalam hal ini setiap individu harus melayani sesamanya secara pribadi. Kita harus dapat membedakan antara misi dan panggilan. Jika kata misi diganti  dengan kata pelayanan, maka kita harus bisa membedakan antara pelayanan dan panggilan. Setiap orang harus hidup dalam misi Bapa atau pelayanan pekerjaan Tuhan.