Mengubah Kodrat




Truth Daily Enlightenment show

Summary: Menjadi persoalan yang harus dipecahkan, benarkah Paulus hidup dalam dualisme, satu pihak menundukkan diri kepada hukum Allah, tetapi di pihak lain menundukkan diri kepada kodrat dosa? Tentu tidak. Hukum dosa di sini maksudnya adalah kodrat dosa, bukan sekadar pelanggaran terhadap hukum Taurat, tetapi segala sesuatu yang tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Kalau sebelum mengenal keselamatan dalam Yesus Kristus, Paulus hanya mengenal dosa sebagai pelanggaran terhadap hukum Taurat, tetapi setelah mengenal keselamatan dalam Yesus Kristus, di mana Paulus dimeteraikan oleh Roh Kudus yang memimpin kepada seluruh kebenaran, maka ia mulai mengenal kebenaran berdasarkan kesucian Allah.<br> Memang dari pernyataan Paulus dalam Roma 7:26 tersebut, bisa muncul kesan bahwa Tuhan Yesus memperkenankan Paulus hidup dalam dualisme, sebab Paulus mengatakan kalimat di atas (Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa). Kalau dipahami demikian, seakan-akan Tuhan Yesus menyetujui Paulus hidup dalam dualisme tersebut. Seakan-akan Paulus diperkenankan oleh Tuhan Yesus untuk hidup dengan cara demikian. Pandangan atau pengertian ini bisa berarti menuduh Tuhan Yesus kompromi dengan dosa. Ini berarti sikap melecehkan Tuhan Yesus. Tentu bukan demikian maksudnya.<br> Sebenarnya ucapan syukur Paulus kepada Tuhan Yesus bertalian dengan adanya kuasa atau fasilitas keselamatan yang diberikan oleh Tuhan Yesus untuk memenangkan pergumulan melawan kodrat dosa dalam dirinya, sebab keselamatan dalam Tuhan Yesus memberikan kemungkinan untuk hidup menurut roh. Fasilitas tersebut adalah pimpinan Roh Kudus, yang dapat membawa Paulus kepada kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah, atau mencapai standar kesucian Allah, dimana segala sesuatu yang dilakukan dapat selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan. Itulah sebabnya dengan yakin Paulus menyatakan bahwa kita harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Tentu saja untuk dapat mencapai kesucian Allah, tidak terjadi secara otomatis atau dengan sendirinya, tetapi harus melalui sebuah perjuangan. Dalam hal ini hendaknya ucapan syukur kepada Tuhan Yesus tidak dipahami secara salah.<br> Tidak sedikit orang Kristen yang berpikir, bahwa dengan korban Tuhan Yesus di kayu salib, maka walaupun seorang Kristen hidup dalam dosa (kalau Paulus masih melayani hukum dosa) tidak menjadi masalah, sebab Allah melihat darah Yesus yang melingkupi orang percaya. Seakan-akan Allah tidak mempersoalkan dosa yang masih dilakukan atau kodrat dosa yang masih menguasai hidup seseorang. Menurut mereka walaupun Paulus dengan tubuh insaninya melayani hukum dosa, karena ia seorang yang memiliki anugerah keselamatan oleh darah Yesus, maka hal itu tidak menjadi masalah sama sekali. Pandangan ini sangat menyesatkan.<br> Sebelum mengenal keselamatan dalam Tuhan Yesus, Paulus tidak memahami bagaimana menundukkan pikirannya kepada hukum Allah dalam konteks orang percaya, yaitu hidup dalam pimpinan Roh untuk selalu bertindak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Sebelum ia mengenal Tuhan Yesus ia melakukan hukum (Taurat) secara legalistik, yaitu melakukan hukum hanya sesuai dengan bunyinya saja. Bisa dimengerti, jika ia bisa menyatakan diri sebagai tidak bercacat. Tetapi setelah mengenal keselamatan dalam Yesus Kristus, ia memahami bagaimana hidup menurut roh untuk berkarakter seperti Tuhan sendiri, yang sama dengan mengenakan kodrat Ilahi atau mengambil bagian dalam kekudusan Allah. Sebelum mengenal keselamatan dalam Yesus Kristus, ia tidak mengenal mengenai kodrat dosa. Hal ini menunjukkan bahwa pergumulan Paulus dalam Roma 7:26 adalah mengubah hidup dari kodrat dosa kepada hidup dalam kodrat Ilahi.<br>