Bagi Kemuliaan Allah




Truth Daily Enlightenment show

Summary: Paulus dalam suratnya menyatakan: Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah (1Kor. 10:31). Banyak pemahaman yang berbeda-beda mengenai apakah yang dimaksud hidup untuk kemuliaan Allah. Di antara pemahaman-pemahaman tersebut antara lain: memuji-muji nama Tuhan di gereja, membuat maju pekerjaan Tuhan dengan berbagai ukuran seperti misalnya: menambah jumlah jemaat, membangun rumah ibadah dan lain sebagainya dan melakukan pelayanan atau pekerjaan gerejani (dari berkhotbah sampai menjadi pengerja gereja, bahkan menjadi pendeta).<br> Banyak orang hidup hanya untuk memiliki sebuah kehidupan seperti yang dikehendaki atau yang diinginkannya. Sedangkan ukuran hidup yang diinginkan adalah gaya hidup manusia di sekitarnya; Sebuah gaya hidup yang jauh dari standar yang Tuhan inginkan. Standar hidup yang dimiliki biasanya antara lain: sekolah, kuliah, berpendidikan dan bergelar, mencari nafkah, menemukan pasangan hidup, punya anak, membesarkan anak, mencari menantu, menjaga cucu, dan lain sebagainya. Jadi banyak orang menjalani hari hidup hanya untuk sebuah standar hidup ini. Standar hidup yang telah diraih diperjuangkan mati-matian tanpa batas. Inilah yang Paulus maksudkan dengan marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati (1Kor. 15:32).<br> Untuk mempertahankan eksistensi kehidupan seperti ini seseorang menjadi orang yang beragama untuk berurusan dengan Tuhan. Tuhan sebagai andalan untuk meraih standar hidup tersebut. Orang-orang seperti ini berurusan dengan Tuhan bukan karena urusan Tuhan, tetapi urusannya sendiri. Cara beragama seperti ini sudah jadi ukuran umum atau standar. Kebanyakan orang Kristen pun juga demikian juga. Kalau seseorang masih berkeadaan demikian, sebab sebagai orang Kristen baru, keadaannya bisa ditolerir; tetapi kalau sudah bertahun-tahun menjadi orang Kristen, hal ini tidak bisa diterima.<br> Pertanyaan yang harus terus disuarakan di dalam hati kita adalah: Apakah peranku dalam rencana penyelamatan umat manusia yang Bapa kehendaki? Tuhan Yesus berkata: Seperti Bapa mengutus Aku, sekarang Aku mengutus kamu (Yoh. 20:21). Menjadi sekutu Tuhan adalah meneruskan karya yang telah dikerjakan Tuhan Yesus. Ini berarti seluruh kegiatan hidup kita hanya diarahkan kepada hal ini. Hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengerti apa yang Tuhan Yesus kerjakan dalam kehidupan-Nya. Kehidupan Tuhan Yesus sepenuhnya dipersembahkan bagi Bapa. Tidak ada yang dikerjakan-Nya untuk maksud lain, kecuali untuk proyek penyelamatan umat manusia yang diemban-Nya. Contoh paling konkret dalam kehidupan pengikut-Nya adalah kehidupan Paulus. Dalam prinsipnya ia berkata: Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah (Flp. 1:21-22). Dimensi hidup Paulus adalah dimensi hidup seorang yang menjadi sekutu Tuhan. Dimensi hidup seperti ini tidak dikenal dalam kehidupan orang beragama pada umumnya. Banyak orang masih pada tataran seorang yang baik, yang beragama, tetapi belum sampai tingkat menjadi sekutu Tuhan. Betapa sulitnya membuka pengertian orang untuk memahami bagaimana seharusnya hidup sebagai sekutu Tuhan.<br> Pada waktu negara menghadapi musuh, sering dibuka pendaftaran bagi sukarelawan untuk menjadi pejuang atau tentara membela negara. Pada waktu seperti itu seseorang dapat menghayati kehidupan sebagai sekutu dan bagian dari suatu bangsa. John F Kennedy mengatakan: “and so, my fellow Americans: Ask not what your country can do for you – ask what you can do for your country (Jangan bertanya apa yang telah dilakukan negara bagimu tetapi tanyakan apa yang telah kamu lakukan bagi negaramu). Pernahkah kita bertanya kepada diri sendiri: Apa yang telah aku lakukan bagi Tuhan yang telah memberi keselamatan bagiku?<br> Dalam proyek penyelamatan umat manusia Tuhan mempunyai banyak pekerjaan yang harus ditangani.